"Yang perlu dipahami bersama adalah kunci dari permasalahan ekonomi saat ini adalah bagaimana mencari jalan keluar dari perang dagang antara dua raksasa ekonomi yakni Amerika dan Tiongkok. Diakui, perang dagang keduanya menyebabkan ekonomi dunia
melambat termasuk di Indonesia," kata Wapres di Buenos Aires, Argentina, Kamis waktu setempat, demikin siaran pers yang diterima Antara.
Wapres akan menghadiri KTT G-20 yang akan berlangsung pada 30 November - 1 Desember 2018.
Wapres menyampaikan, akibat perang dagang antara Amerika Serikat dengan Tiongkok, saat ini roda perekonomian makin melambat. Untuk itu, pertemuan tingkat tinggi (KTT) G-20 yang saat ini sedang dihelat di Buenos Aires, Argentina, diharapkan mampu menuangkan solusi atas penurunan performa ekonomi dunia tersebut melalui iklim perdagangan dunia yang lebih baik.
"Akibat perang dagang ini sekarang saja harga-harga komoditas dunia menurun karena permintaan barang-barang produksi juga menurun khususnya di China yang menjadi salah satu tujuan ekspor terbesar Indonesia," kata Wapres.
Wapres mengatakan perang dagang ini akan memakan korban dari negara di luar AS dan China. Negara-negara lain yang selama ini bekerjasama dengan dua negara adidaya tersebut misalnya, juga terkena efek negatif dari melemahnya perekonomian dunia.
Sementara itu, negara-negara G-20 menggelar KTT di Buenos Aires, Argentina pada 30 November-1 Desember 2018 dengan tema "Membangun Kesepakan untuk Pembangunan yang Adil dan Berkelanjutan".
G-20 merupakan kumpulan 20 negara dengan ekonomi terbesar di dunia. Saat ini, 20 negara tersebut menguasai 60 persen kue ekonomi dan perdagangan dunia.
Wapres JK akan memimpin delegasi Indonesia pada rapat-rapat pleno dalam KTT tersebut. Salah satu agenda utama Indonesia yang akan digawangi langsung Wapres adalah posisi Indonesia terhadap perang dagang dunia khususnya antara Amerika dan Tiongkok yang sedang terjadi.
Baca juga: Wapres menuju Argentina untuk hadiri KTT G20
Baca juga: Tuduhan terhadap Pangeran Saudi kemungkinan dibahas di KTT G20
Pewarta: M Arief Iskandar
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018