"Itu dari data yang kami himpun," ucap Sekretaris Komisi Penangulangan AIDS (KPA) Kota Lhokseumawe Miswar Ibrahim di Lhokseumawe, Minggu.
Untuk saat sekarang jumlah pengidap HIV/AIDS di Kota Lhokseumawe hingga 2018 adalah sebanyak 59 orang. Sejumlah pengidap tersebut terdiri dari berbagai latar belakang pekerjaa, ada yang berprofesi sebagai supir angkutan, pekerja di luar daerah dan juga ibu rumah tangga serta kaum remaja.
"Sebanyak 59 kasus warga yang sudah terinfeksi virus berbahaya tersebut di wilayah Lhokseumawe, didasarkan dari fakta dan data di lapangan saat tes Voluntary Counseling and Testing (VCT) terhadap HIV/AIDS yang dilakukan oleh dinas kesehatan setempat," ungkapnya.
Dari tahun ke tahun, lanjutnya jumlah kasus HIV/AIDS yang ditemukan semakin meningkat. Sebagai contoh, pada 2016 jumlah kasusnya 35, kemudian pada 2017 meningkat menjadi 57 kasus serta pada 2018 menjadi 59 kasus.
"Pada 2018, dua orang telah meninggal dunia. Mengenai dimana dan siapa pengidap HIV/AIDS, tidak bisa kami beritahu karena memang sudah begitu ketentuannya," jelasnya.
Ia menyebutkan jumlah pengidap HIV/ AIDS di Lhokseumawe, lebih didominasi kaum perempuan yang disebabkan berbagai faktor. Diantaranya karena berhubungan badan dengan orang yang telah terinfeksi HIV/AIDS.
Oleh karena itu, pihak KPA Lhokseumawe, sangat mengharapkan kepada warga masyarakat untuk mau menjalani tes HIV/AIDS, agar dapat diketahui terinfeksi ataupun tidak.
Hal itu berguna juga bagi masyarakat, sehingga dapat mencegah penularannya kepada orang lain, terutama bagi anggota keluarga lainnya.
Miswar menambahkan penyebab tertularnya virus mematikan tersebut, dikarenakan penggunaan jarum suntik yang tidak steril, berhubungan seks bebas dan cara-cara lain yang dapat mengakibatkan bermigrasinya virus tersebut.
Adapun gejala-gejala yang mudah dilihat bagi yang terinfeski HIV/AIDS, yaitu kurangnya nafsu makan, demam tinggi, diare akut tidak sembuh-sembuh dan muncul bercak-bercak di kulit. Apabila sudah mengalami hal tersebut langsung lakukan pemeriksaan ke dokter, terangnya.
Terkait semakin meningkatnya kasus HIV/AIDS yang ditemukan di Lhokseumawe, ia mengatakan pihaknya akan berupaya semaksimal mungkin dalam mencegah penyebaran virus mematikan itu.
Salah satu upaya yang akan dioptimalkan pihaknya dalam menekan laju penyebaran HIV/AIDS adalah dengan menambah volume sosialisasi. Terutama pada kelompok-kelompok yang rentan terhadap penyebaran HIV/AIDS.
Menurutnya, fenomena HIV/AIDS seperti gunung es di mana angka yang diketahui, diduga masih banyak angka lain yang belum diketahui. Karena engan untuk memeriksa diri karena malu ataupun faktor lainnya.
"Semua kondisi ini perlu diwaspadai dan dapat menjadi situasi perkembangan yang berisiko penyebaran HIV/AIDS," ucap Miswar.
Untuk itu diperlukan dukungan dari semua pihak agar saling menjaga untuk hidup dan berperilaku hidup sehat baik secara fisik, mental dan sosial.
Penyalahgunaan narkoba, pengunaan jarum suntik yang bergantian, hubungan intim yang tidak sehat serta bukan dengan pasangan yang sah merupakan gejala sosial yang beresiko terhadap penyebaran HIV/AIDS, pungkas sekretaris KPA Kota Lhokseumawe tersebut.
Baca juga: 85 warga asing di Papua positif HIV/AIDS
Baca juga: Empat kasus anak penderita HIV/AIDS ditemukan di Bangka
Baca juga: Stop diskriminasi Orang dengan HIV/AIDS
Pewarta: Mukhlis
Editor: Virna P Setyorini
Copyright © ANTARA 2018