IOAC 2018, yang digelar di Stadion Akuatik Gelora Bung Karno, Jakarta, telah rampung menggelar cabang olahraga renang pada Rabu. Wakil Ketua Umum PB Persatuan Renang Seluruh Indonesia Harlin Rahardjo mengaku puas dengan penampilan para atlet renang nasional dan perenang muda dari berbagai daerah yang berlaga di kategori kelompok umur.
"Saya cukup puas karena memang masih tahap persiapan awal, memang ada beberapa perenang nasional yang performanya turun, tapi ada juga yang pecah rekor nasional...yang penting sekarang kita buat beberapa latihan untuk SEA Games, program latihan dan uji coba serta membuat komposisi pelatnas yang paling bagus," kata Harlin di Jakarta, Rabu.
Dalam kejuaraan yang berlangsung di Stadion Akuatik GBK, Jakarta, 1-5 Desember itu, klub renang Millennium Aquatic Jakarta menjadi juara dengan mengumpulkan poin terbanyak, 3309. HIU Surabaya berada di urutan kedua dengan mengumpulkan 1900 poin. Disusul Bali Pari di peringkat tiga setelah mengantongi 1595.5 poin.
MNA menjadi juara dengan meraih 29 medali emas, 30 perak dan 25 perunggu. HIU meraih 19 medali emas, 14 perak dan 16 perunggu. Dan Bali Pari mengoleksi delapan emas, 15 perak serta 16 perunggu.
Perenang nasional Aflah Fadlan Prawira yang membela klub Aquarius mengantongi predikat perenang senior putra terbaik, setelah mengoleksi tujuh emas. Gelar perenang terbaik senior sektor putri jadi milik AT Vanessae Evato dari klub Belibis yang mengantongi empat emas dan dua perak.
Gelar perenang terbaik kelompok umur satu putra (16-18 tahun), diraih perenang Pari Sakti, Joe Aditya, dengan raihan dua emas dan dua perak.
Perenang belia yang membela klub Belibis, Azzahra Permatahani berhasil mengantongi gelar perenang terbaik kelompok umur satu putri. Azzahra yang baru berusia 16 tahun berhasil menggondol delapan emas dan dua perak, sekaligus memecahkan rekor nasional nomor 200 meter gaya ganti perorangan putri.
Baca juga: Azzahra mengaku banyak belajar dari senior di IOAC 2018
Baca juga: Azzahra pecahkan rekor nasional di IOAC 2018
Ernest Fabian menjadi perenang terbaik putra kelompok umur dua, dengan raihan tiga emas dan tiga perak.
Perenang terbaik kelompok umur dua putri (14-15 tahun) diraih perenang ESC, Adelia, dengan koleksi tiga emas.
Sedangkan perenang terbaik kelompok umur tiga putra (12-13 tahun) adalah Agung Sulaksono Putro yang membela HIU Surabaya. Agung mengantongi tujuh emas dan dua perak. Izzy Dwifaiva dari TH Malang meraih perenang terbaik putri kelompok umur tiga, dengan raihan empat emas, tiga perak dan satu perunggu.
Perenang putra terbaik kelompok umur empat diraih Ilham Surya Saputra dari klub Jatayu, setelah menghasilkan empat emas, tiga perak dan satu perunggu.
Gelar terakhir yakni perenang terbaik kelompok umur empat sektor putri jatuh ke tangan Luh Made Budiartini dari klub TSC, dengan raihan empat emas, dua perak dan satu perunggu.
Baca juga: Glenn Victor belum berencana pensiun
Pelatih renang nasional David Armandoni mengakui catatan waktu sejumlah perenang nasional mengalami penurunan ketika berlaga di IOAC 2018.
"Hal itu normal karena kami memberi waktu buat mereka untuk penyegaran setelah Asian Games kemarin memberi tekanan berat bagi mereka," kata Armandoni.
Namun Armandoni juga terkesan dengan perkembangan Fadlan di IOAC yang sempat mencatatkan waktu lebih cepat daripada catatan waktunya di Asian Games.
"Banyak juga para perenang muda di kelompok umur 3, 2 dan 1. Tapi kami sedikit khawatir hanya sedikit perenang di grup 2 dan 1," kata Armandoni.
Bagi Armandoni, berenang cepat bukan lah indikator terbaik untuk mencari talenta perenang muda.
"Masalah di sini adalah apakah dia berenang cepat karena dia punya kualitas berenang yang bagus atau dia terlalu banyak latihan?" kata pelatih asal Prancis itu.
Bagi Armandoni, perenang yang bagus adalah bukan saja yang tercepat tapi mereka yang memiliki koordinasi, manajemen lomba yang bagus, meluncur tanpa usaha berat, dan mereka yang bisa membuat catatan waktu yang bagus dengan sedikit latihan," kata Armandoni.
Ada sejumlah perenang kelahiran 2007 yang memiliki catatan waktu bagus. Tapi jika itu hasil dari terlalu banyak berlatih maka itu bukan lah talenta, tapi latihan yang berlebihan, dan tidak akan ada hasil bagus di tahun-tahun selanjutnya, kata dia.
"Kita harus merubah mental, mungkin jangan terlalu mendorong atlet, beri mereka waktu, anak-anak butuh menikmati waktu mereka karena untuk bisa mencapai level yang tinggi itu sangat panjang," kata Armandoni.
IOAC 2018 masih menyisakan sejumlah cabang olahraga seperti polo air, renang indah dan loncat indah yang dilombakan hingga 9 Desember.
Pewarta: Aditya Eko Sigit Wicaksono
Editor: Dadan Ramdani
Copyright © ANTARA 2018