Masyarakat jangan terprovokasi peristiwa Nduga

19 Desember 2018 01:14 WIB
Masyarakat jangan terprovokasi peristiwa Nduga
KEDATANGAN JENAZAH KORBAN PENEMBAKAN ASAL NTT. Sejumlah keluarga korban penembakan di Kabupaten Nduga Papua, Emanuel BB Naektias menyambut kedatangan jenazah Emanuel di Terminal Kargo Bandara El Tari Kupang, NTT (8/12/2018). Emanuel merupakan satu dari 20 korban penembakan oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Kabupaten Nduga, Papua, yang bekerja sebagai Kepala Pelaksana Pekerjaan Jembatan Jalan Trans Papua di PT. Istaka Karya. (Antara Foto/Kornelis Kaha)
Jayapura (ANTARA News) - Gubernur Papua Lukas Enembe meminta masyarakat "Bumi Cenderawasih" itu untuk tidak terprovokasi peristiwa di Kabupaten Nduga.

"Masyarakat tidak usah memikirkan soal Nduga karena itu sudah tugas dari TNI, justru yang harus dijaga kini adalah jangan sampai rakyat biasa yang menjadi korban," katanya di Jayapura, Selasa.

Ia mengatakan berdasarkan laporan yang diterima, warga biasa menjadi korban sehingga pihaknya akan kembali rapat dan membicarakan kembali kenapa hal itu bisa terjadi.

"Kami akan membentuk tim investigasi untuk turun langsung ke Nduga guna mencegah adanya korban lagi atas peristiwa ini," ujarnya.

Dia mengharapkan khususnya pada Desember 2018, masyarakat Papua menjaga gema Natal dan tidak mudah percaya sesuatu yang belum jelas kebenarannya.

"Peristiwa Nduga tidak ada kaitannya dengan rakyat biasa, jadi saya sarankan untuk menjaga baik-baik kondisi dan situasi di wilayah masing-masing," katanya.

Pada Minggu (2/12), Kelompok Kriminal Bersenjata menembaki dan membunuh karyawan PT Istaka yang sedang mengerjakan pembangunan jembatan di Distrik Yal, Kabupaten Nduga.

Tercatat 18 orang meninggal, 16 diantaranya karyawan PT Istaka sedangkan dua lainnya anggota TNI AD dan staf BPPJN Papua.*


Baca juga: Tidak ada gembala atau warga sipil tertembak di Nduga

Baca juga: Pembangunan trans-Papua di Nduga direncanakan diambil alih TNI

Baca juga: Enam pekerja terjebak di hutan karena hindari KKB berhasil dievakuasi



 

Pewarta: Hendrina Dian Kandipi
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2018