Kulon Progo, 20/12 (ANTARA News) - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan Pemerintah Indonesia membuka peluang seluas-luasnya masuknya investasi yang akan membangun pabrik di Indonesia.saat ini banyak investor akan merelokasi pabrik ke Indonesia, seperti Hyundai, LG, Petragon, dan industri baja dari Tiongkok.
"Mereka (investor) yang akan menanamkan modalnya ke Indonesia harus mengikuti empat persyaratan yang ditetapkan oleh pemerinatah Indonesia. Kami tidak mau asal terima investor saja," kata Luhut di sela-sela meninjau percepatan pembangunan Bandara NYIA Kulon Progo, di Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, Kamis.
Dia menjelaskan, saat ini banyak investor akan merelokasi pabrik ke Indonesia, seperti Hyundai, LG, Petragon, dan industri baja dari Tiongkok.
Adapun empat persyaratan yang diajukan Pemerintah Indonesia, yakni investor harus menggunakan teknologi kelas satu, Indonesia tidak mau teknologi rendahan.
Investor harus menggunakan tenaga kerja Indonesia sebanyak-banyaknya, kalau dalam bidang-bidang teknologi tinggi, pada empat tahun pertama masih dapat dipahami kalau menggunakan tenaga kerja Tiongkok dan asing.
"Bersamaan dengan itu, investor harus membangun politeknik dan sekolah vokasi, sehingga setelah empat tahun, pekerja asing tersebut secara bertahap diganti atau pekerja Indonesia secara bertahap bisa bekerja," katanya.
Syarat selanjutnya, investor harus membangun pabrik dari hulu ke hilir. Pemerintah Indonesia tidak mau hanya ada ekspor material saja. "Kami ingin ada nilai tambah atas produk yang diproduksi dalam negeri," katanya.
Terakhir, investor harus menggunakan teknologi transfer. Misalnya, pembuatan kapal. Saat ini, Indonesia tidak mempunyai teknologi fairing sistem kapal yang bagus. Ada investor dari Norwegia menawarkan teknologi dengan sistem transfer teknologi atau Transfer of Technology (ToT). "Tawaran ini kami ambil," katanya.
Kemudian, teknologi kereta api. Luhut mengaku, sudah melapor ke Presiden Jokowi bahwa ada lokomotif elektronik. Belanda menawarkan standar Eropa dengan harga lebih murah 20 persen.
"Kemudian saya balik, karena mereka menginginkan teknologi kita, kami minta kelapa sawit dibela di Eropa. Jadi ada trade off (menjualkan), mereka mau. Nanti lokomotif elektronik dibangun di Indonesia, dan mereka menjualkan minyak sawit Indonesia di Eropa," katanya.
Masuknya investasi di Indonesia dibuat transpran menghindari adanya masalah korupsi, dan menyebabkan proyek berhenti.
"Kami tidak ingin proyek yang sudah berjalan berhenti karena ditinggalkan investor," katanya.
Baca juga: Menilik peluang investasi di Pulau Bintan
Baca juga: ETF alternatif investasi di tengah pasar tidak menentu
Pewarta: Sutarmi
Editor: Royke Sinaga
Copyright © ANTARA 2018