Alat berat jenis belco, eskavator, loader dan lainnya digunakan untuk membersihkan puing-puing sisa reruntuhan kayu dan puing-puing bangunan yang hancur maupun rusak akibat terjangan tsunami.
Satuan Tugas (Satgas), relawan dan warga sekitar turut membantu pembersihan puing-puing di sekitar Desa Sukaraja, Way Muli Timur, Way Muli, dan Kunjir.
Alat berat terus mengumpulkan puing-puing kayu yang terdampak tsunami. Puing-puing yang dikumpulkan menjadi satu sehingga menggunung cukup tinggi.
Mukhlis, salah satu warga Desa Kunjir mengatakan, dirinya turut membantu membersihkan sisa-sisa puing yang merusak rumahnya.
"Bantu-bantu saja, karena banyak yang juga belum dibersihkan," katanya.
Ia mengaku masih trauma atas kejadian bencana tsunami yang meratakan perairan pantai selatan dengan terparah di Desa Kunjir, dan masih takut dengan tsunami susulan karena posisinya saat ini berada di pinggir pantai.
"Lebih takutnya lagi bila malam hari, karena anginnya besar," ujar Mukhlis.
Kondisi sepanjang jalan terlihat sedikit macet lantaran adanya beberapa alat berat di pinggir jalan membersihkan puing-puing. Apalagi, adanya kendaraan yang terus memberi bantuan logistik ke posko-posko.
"Bantuan terus masuk, sampai bingung mau ngasihnya karena kemarin sudah dikasih. Cuma daripada mubazir," kata Solihin, salah satu relawan Rumah Zakat.
Ia mengemukakan, bantuan logistik untuk warga di Way Muli Timur telah dialokasikan kepada warga yang mengungsi di pegunungan Rajabasa.
Terkadang warga turun dari pengungsian untuk meminta secara langsung bantuan logistik.
"Kadang kami ke atas, kadang mereka ke bawah. Kalau kami ke atas memberikan bantuan logistik berupa nasi, roti, dan kebutuhan lain yang diperlukan," ujar Solihin.
Baca juga: Korban tsunami menangis harta bendanya dijarah
Baca juga: Pengungsi di Desa Way Muli Timur butuh bantuan makanan
Baca juga: Pengungsi di SDN Cigeulis mulai diserang penyakit
Baca juga: Pengungsi terdampak tsunami di Lampung Selatan sebanyak 7.880 orang
Pewarta: Edy Supriyadi/Damiri
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2018