Pandeglang (ANTARA News) - Nelayan pesisir Kabupaten Pandeglang, Banten, pascatsunami hingga saat ini masih menganggur dan belum berani melaut karena kondisi cuaca yang ekstrem berupa gelombang tinggi.Meski sudah kembali dari pengungsian, namun lebih baik tidak melaut pascatsunami,
"Kami bingung jika melaut khawatir mengalami kecelakaan laut," kata Sarmadi, nelayan Desa Teluk Kecamatan Labuan, Pandeglang, Minggu.
Selain gelombang tinggi, cuaca yang tidak menentu berupa angin kencang dan hujan juga menyebabkan nelayan masih urung melaut.
Aktivitas yang mereka lakukan saat ini hanya memperbaiki kapal dan perahu yang mengalami kerusakan akibat diterjang tsunami pada Sabtu (22/12).
Sebagian besar kondisi kapal dan perahu yang ditambatkan di pesisir pantai rusak juga saling tumpang tindih.
"Kami lebih baik memperbaiki kapal dan belum melaut, apalagi cuaca buruk masih melanda Pantai Labuan," katanya.
Begitu juga Madasin, seorang nelayan di Pantai Carita, Pandeglang mengatakan kebanyakan nelayan di derah tersebut merupakan nelayan tradisional yang menggunakan perahu kincang dengan mesin motor tempel. Apabila ketinggian gelombang di atas dua meter dan angin kencang sangat berisiko untuk melaut.
Saat ini, angin kencang disertai hujan dan gelombang tinggi masih terjadi di pesisir Selat Sunda bagian selatan sehingga membahayakan keselamatan para nelayan tradisional tersebut jika tetap memaksa melaut.
"Meski sudah kembali dari pengungsian, namun lebih baik tidak melaut pascatsunami," katanya.
Berdasarkan pantauan, di sejumlah tempat pelelangan ikan (TPI) di pesisir Pandeglang mulai Pantai Carita, Labuan, Panimbang hingga Sumur tidak terlihat transaksi jual beli ikan.
Baca juga: Warga Kalianda tetap beraktivitas pascatsunami
Baca juga: Suasana haru di shalat jumat pertama pasca-tsunami
Pewarta: Mansyur
Editor: Desi Purnamawati
Copyright © ANTARA 2018