"BKSDA belum melepas macan tutul, meski sudah menjalani karantina selama sepekan," kata Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Tengah, Suharman.
Ia mengatakan tim dokter Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ) masih mengobservasi kesehatan macan tutul tersebut, sementara tim BKSDA masih akan melakukan survei ke lapangan untuk mengetahui populasi macam sejenis dan ketersediaan makanan mereka di kawasan hutan Gunung Lawu.
"Kami tidak ingin setelah macan dilepas di alam bebas, kemudian kembali menyerang hewan ternak kambing milik warga di lereng Lawu. Kami harus pastikan ketersediaan makan macan di hutan, dipastikan harus cukup," katanya.
Menurut Nuraini, dokter hewan TSTJ Solo, macan tutul berusia 2,5 tahun dengan panjang 80 centimeter, tinggi 60 centimeter dan berat 30 kilogram itu sudah sehat setelah menjalani karantina salama sepekan.
Setiap hari, menurut dia, macan tutul tersebut mendapat jatah pakan rata-rata sekitar 1,5 kilogram daging ayam dicampur daging sapi.
Direktur Utama TSTJ Solo Bimo Wahyu Widodo Dasir Santoso berharap BKSDA menghibahkan macan tutul itu ke taman satwa.
"Kami berharap macan tutul asal Lawu agar dihibahkan ke TSTJ. TSTJ dapat dijadikan tempat perjodohan macan tutul. Apalagi TSTJ dijadikan konservasi resmi BKSDA Jateng," katanya.
Baca juga:
BKSDA amankan macan tutul dari Gunung Lawu
Macan Tutul terekam kamera di kawasan Taman Nasional Bromo
Pewarta: Bambang Dwi Marwoto
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2019