Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Cianjur, Sugeng Supriyanto, di Cianjur, Selasa, mengatakan, alat tersebut dipasang di Kecamatan Cidaun, Sindangbarang, Agrabinta dan dua lainnya di pasang di titik tertentu.
"Alat tersebut diberikan Badan Nasional Penangulangan Bencana (BNPB) ke BPBD Cianjur pada 2010, sudah hampir delapan tahun alat tersebut ada di laut Selatan Cianjur," katanya.
Namun, keberadaan alat pendeteksi tsunami tersebut mengalami kerusakan dan dipastikan sudah tidak berfungsi sejak dua tahun yang lalu.
Sedangkan tugas pihaknya, hanya mengawasi alat tersebut, tidak diberikan kewenangan lain termasuk memperbaiki.
"BPBD Cianjur hanya memiliki wewenang sebatas mengawasi alat yang dititipkan ke petugas kecamatan yang menerima alat. Sejak alat dipasang di wilayah laut Selatan Cianjur, tidak di sertai dengan serah terima alat tersebut," katanya.
Sehingga pihaknya tidak dapat secara leluasa merawat atau mengawasi. Kerusakan alat pendeteksi tsunami tersebut sudah dilaporkan ke BNPB berbentuk surat resmi, ataupun secara langsung dalam rapat, namun hingga saat ini belum ada tindak lanjut.
"Tidak hanya di Cianjur, kerusakan alat pendeteksi dini tsunami itu juga terjadi di berbagai wilayah di Indonesia. Sehingga wajar kalau laporan dari Cianjur belum mendapat respon dari BNPB," katanya.
Pihaknya, mengimbau warga di Selatan Cianjur, tidak khawatir dengan tidak berfungsinya alat tersebut karena warga di pesisir sudah bisa membaca atau melihat gejala alam apabila akan terjadi tsunami.
Baca juga: Pemkab Garut belum mampu anggarkan perbaikan alat pendeteksi tsunami
Baca juga: BMKG pasang pengukur tinggi air laut dekat Anak Krakatau
Baca juga: Presiden minta BMKG lengkapi alat deteksi dini tsunami
Pewarta: Ahmad Fikri
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2019