• Beranda
  • Berita
  • Menlu: kemungkinan operasi Turki tak terkait penarikan pasukan AS

Menlu: kemungkinan operasi Turki tak terkait penarikan pasukan AS

11 Januari 2019 14:06 WIB
Menlu: kemungkinan operasi Turki tak terkait penarikan pasukan AS
Tank Turki melintas di Kobani, Suriah, saat mereka kembali dari operasi militer di Suriah, Minggu (22/2). Pasukan Turki menyapu daerah Suriah untuk menyelamatkan sekitar 40 tentara yang dikepung selama berbulan-bulan oleh militan Negara Islam saat menjaga makam tokoh Turki yang dihormati. Pemerintah Suriah menganggap aksi tersebut sebagai aksi "agresi mencolok", dan akan meminta pertanggungjawaban Ankara atas tindakan tersebut. Aksi yang melibatkan tank, pesawat nirawak dan pesawat pengintai, serta beberapa ratus pasukan darat, merupakan serangan pertama yang dilakukan oleh Turki ke Suriah sejak dimulainya perang sipil hampir empat tahun lalu. (REUTERS/Mursel Coban/Depo Phot)
Ankara, Turki (ANTARA News) - Operasi kontrateror, yang mungkin dilancarkan Turki di sisi timur Sungai Eufrat di Suriah, tidak berkaitan dengan penarikan tentara Amerika Serikat dari Suriah, kata Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu pada Kamis (10/1).

"Operasi kami terhadap YPG/PKK tidak berkaitan dengan apakah AS akan pergi atau tidak," kata Cavusoglu kepada stasiun televisi berita NTV.

Cavusoglu menyatakan pengumuman oleh Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, bahwa operasi akan dilancarkan, dikeluarkan sebelum Presiden AS Donald Trump pada Desember secara mengejutkan memutuskan untuk membawa tentara AS ke luar Suriah.

"Kami tidak tahu bahwa AS akan keluar (dari Suriah). Namun, apakah AS keluar atau tidak, kami akan melakukan apa yang perlu terhadap organisasi teror yang menimbulkan ancaman terhadap keamanan nasional kami," ia menambahkan, sebagaimana dikutip Kantor Berita Anadolu --yang dipantau Antara di Jakarta, Jumat pagi.

Baca juga: Trump mulai tarik tentara AS dari Suriah

Pada 12 Desember, Erdogan mengumumkan operasi militer Turki akan dilancarkan untuk menyelamatkan wilayah itu dari gerilyawan PKK/PYD, yang juga dikenal dengan nama PKK/YPG.

Belakangan, Erdogan memutuskan untuk menunda operasi, tapi presiden Turki itu telah berulang kali mengatakan Turki siap melakukan tindakan dalam waktu sangat dekat untuk menghapuskan "koridor teror" di Suriah Utara.

"Turki memiliki tekad kuat mengenai masalah ini," kata Cavusoglu. Ia menambahkan Turki akan memutuskan garis waktu bagi operasi tersebut.

"Kami takkan meminta izin dari siapa pun mengenai masalah ini," ia menambahkan.

Ankara telah mengecam AS karena bekerja sama dengan organisasi gerilyawan PKK/PYD untuk memerangi Da`esh, dan mengatakan penggunaan satu kelompok teror untuk memerangi kelompok teror lain tak masuk akal.

Selama satu pekan belakangan, para pejabat senior AS mengatakan tentara Amerika takkan keluar dari bagian timur-laut Suriah tanpa jaminan bahwa Turki takkan menyerang "suku Kurdi" di sana, yang berarti PKK/PYD. Para pejabat Turki mengutuk pernyataan tersebut.

Dalam aksi terornya selama 30 tahun, PKK telah menewaskan tak kurang dari 40.000 orang, termasuk perempuan dan anak kecil. PKK/PYD/YPG, cabangnya di Suriah, meneror orang Kurdi, Turkmen dan Arab di Suriah, kata beberapa pejabat Turki.

Cavusoglu juga mengatakan Erdogan akan mengadakan pertemuan bilateral dengan timpalannya dari Rusia, Vladimir Putin.

Ia menambahkan para pemimpin Turki, Rusia dan Iran juga akan bertemu guna membahas Suriah berdasarkan format Astana, dan mengatakan Moskow akan mengusulkan kerangka waktu bagi pertemuan itu.

Baca juga: Suku Arab di Suriah bergerak setelah Trump putuskan tarik pasukan


Penyunting: Chaidar Abdullah

Pewarta: Antara
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2019