• Beranda
  • Berita
  • Gelombang tinggi di Riau bukan pengaruh "supermoon", sebut BMKG

Gelombang tinggi di Riau bukan pengaruh "supermoon", sebut BMKG

21 Januari 2019 14:58 WIB
Gelombang tinggi di Riau bukan pengaruh "supermoon", sebut BMKG
Banjir Gelombang Bono Seorang warga belajar berselancar di tengah banjir gelombang Bono yang menggenangi Kelurahan Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan, Riau, Minggu (28/11). Banjir gelombang Bono di Teluk Meranti terjadi tiap tahun akibat pertemuan gelombang Sungai Kampar dan Laut Cina Selatan, namun warga tak keluhkan banjir karena permukiman seluruhnya berupa rumah panggung dan ombak Bono kini jadi daya tarik wisata selancar sungai. (FOTO ANTARA/FB Anggoro)

Gelombang tinggi ini terjadi di perairan Rokan Hilir, Rupat, Bengkalis, Meranti, Pelalawan dan Indragiri Hilir

Pekanbaru,  (ANTARA News) - Pihak Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Stasiun Pekanbaru menyatakan gelombang tinggi di perairan Provinsi Riau bukan merupakan pengaruh dari fenomena "supermoon".

"Pengaruh 'supermoon' di daerah perairan Riau belum ada," kata Staf Analisa BMKG Stasiun Pekanbaru, Gita Dewi Siregar, di Pekanbaru, Senin.

Dalam info tinggi gelombang yang dirilis BMKG Stasiun Pekanbaru pada 21 Januari, untuk perairan di Riau pada umumnya ketinggian gelombang berkisar antara 0,5 meter hingga 1,25 meter. 

Sedangkan angin berhembus dari arah Barat Laut ke Timur Laut dengan kecepatan 09-27 kilometer per jam.

"Gelombang tinggi ini terjadi di perairan Rokan Hilir, Rupat, Bengkalis, Meranti, Pelalawan dan Indragiri Hilir," katanya.

Ia menjelaskan, gelombang tinggi di Riau disebabkan kelembapan udara yang tinggi di perairan Kepulauan Riau menyebabkan pertumbuhan awan dan pembelokan arah angin.

Mengenai dampak fenomena "supermoon" diakuinya juga terjadi di perairan Sumatera khususnya di bagian utara.

Hal itu terjadi berupa gelombang tinggi di perairan Banda Aceh, Sabang, Nias dan Sibolga.

"Ketinggian gelombang mencapai sekitar 2,5 sampai 3,5 meter," katanya.

Sebelumnya, BMKG juga mengimbau agar masyarakat waspada terkait fenomena pasang maksimum air laut yang terjadi pada 19-22 Januari 2019 tersebut.

Sejumlah wilayah yang diperkirakan akan mengalami pasang air laut yakni pesisir utara DKI Jakarta, pesisir utara Jawa Tengah, pesisir utara Jawa Timur, pesisir Cilacap, pesisir Tanjung Benoa Bali, pesisir Kalimantan Barat, dan pesisir Makassar Sulawesi Selatan.

Hal ini dapat berdampak kepada terganggunya transportasi di sekitar pelabuhan dan pesisir, aktivitas petani garam, dan perikanan darat serta kegiatan bongkar muat di pelabuhan.

Lembaga tersebut juga meminta masyarakat untuk mengantisipasi dampak dari pasang maksimum air laut dan terus memantau kabar lanjutan cuaca maritim dari BMKG.

Sementara itu, Kepala Seksi Observasi dan Informasi Stasiun Meteorologi Maritim Tanjung Emas Semarang, Slamet Wiyono, di Semarang menjelaskan fenomena "supermoon" terjadi akibat posisi bulan berada pada jarak terdekat ke bumi.

Pasang permukaan air laut diprakirakan terjadi mulai malam hingga dini hari dengan durasi mencapai enam jam.

Baca juga: Gelombang tinggi picu tabrakan kapal di Riau

Baca juga: Ombak besar di Rohil tunda keberangkatan kapal

Pewarta: Febrianto Budi Anggoro
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2019