Jakarta (ANTARA News) - Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) menyampaikan bahwa kebutuhan bahan baku berupa gula rafinasi diprediksi naik hingga lima persen tahun 2019 karena adanya target pertumbuhan di sektor industri makanan dan minuman.Diperkirakan kebutuhan 2019 meningkat sekitar lima persen. Stok saat ini cukup
"Diperkirakan kebutuhan 2019 meningkat sekitar lima persen. Stok saat ini cukup," kata Ketua Umum Gapmmi Adhi Lukman dihubungi di Jakarta, Rabu.
Kebutuhan gula mentah untuk industri makanan dan minuman sepanjang 2019 mencapai 3,6 juta ton. Namun, rapat koordinasi terbatas memutuskan bahwa impor gula mentah tahun ini sebesar 2,8 juta ton, mengingat masih terdapat stok di industri sekitar 800 ribu ton.
Jumlah tersebut belum memperhitungkan kenaikan kebutuhan sebesar lima perseni. "Pemerintah akan meninjau ulang setiap tiga bulan dan bila dibutuhkan akan ditambah," ungkap Adhi.
Wakil Ketua Umum Gapmmi Rahmat Hidayat menambahkan, jika industri makanan dan minuman tumbuh, maka kenaikan kebutuhan bahan baku tidak dapat dihindari.
"Kalau industrinya tumbuh, ada kemungkinan lebih dari 3,6 juta ton kebutuhannya. Kami yakin pemerintah akan bijak untuk melihat ini," ujar Rahmat.
Diketahui, Kementerian Perindustrian membidik pertumbuhan industri makanan dan minuman tumbuh 9,8 persen hingga akhir 2019.
Industri ini menjadi salah satu sektor andalan untuk mendongkak pertumbuhan industri nasional yang angkanyad itargetkan tumbuh 5,4 persen tahun ini, di samping empat industri lainnya, yakni industri mesin, industri tekstil dan pakaian jadi, industri kulit barang dari kulit dan alas kaki, industri barang logam komputer dan barang elektronik.
Baca juga: Kemenperin: rekomendasi impor gula mentah tergantung industri
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2019