"PayTren akan dikembangkan sebagai super apps (aplikasi super) seperti membayar listrik, tagihan dan membayar dengan QR code," kata AML and Risk Management Specialist PayTren, Riky Rahmadian, saat acara di Jakarta, Kamis.
Donasi secara digital ini akan menggantikan kotak amal konvensional yang sering ditemui di masjid, PayTren memasang QR code dan donatur dapat langsung berdonasi melalui aplikasi.
Menurut Riky, sistem donasi ini akan dikembangkan untuk rumah ibadah secara luas, termasuk gereja, bukan hanya terbatas untuk masjid. Pengembangan ini sejalan dengan misi PayTren, yang didirikan oleh Ustad Yusuf Mansur, yang ingin menyediakan inklusi keuangan untuk semua orang Indonesia, tidak hanya sebatas untuk penganut agama Islam.
Segmentasi yang diambil oleh PayTren sedikit berbeda dengan pemain besar dompet digital di Indonesia, GOPAY dan Ovo. Meski pun keduanya menyediakan platform untuk berdonasi, tidak spesifik untuk rumah ibadah seperti PayTren.
Bagi PayTren, porsi untuk dompet digital di Indonesia masih banyak yang dapat digarap, mereka memilih masyarakat menengah ke bawah yang banyak belum tersentuh oleh akses perbankan.
"Masyarakat yang sangat unbanked (tidak memiliki akun bank), yang tidak mengerti smart device," kata dia.
Maka itu, PayTren juga membuat program PayTren Academy untuk mengedukasi komunitas mengenai dunia digital, termasuk manfaat perbankan dan teknologi finansial untuk kehidupan sehari-hari.
"Sektor itu yang ingin kami kembangkan supaya literasi digital merata," kata Riky.
Baca juga: Yusuf Mansur ingin koperasi jadi investor besar
Baca juga: Ustaz Yusuf Mansur memotivasi pegawai negeri Banyuwangi
Baca juga: Korban penipuan Yusuf Mansur tuntut skema pengembalian
Pewarta: Natisha Andarningtyas
Editor: Monalisa
Copyright © ANTARA 2019