"Melalui kegiatan ini petani organik dan hidroponik memperkenalkan diri di pasar lokal, sehingga produk yang dihasilkan tdak hanya dijual di pasar tradisional, tetapi juga di lokasi yang berbeda yang tentunya akan memberikan dampak ekonomi kreatif," katanya di Ambon, Jumat.
Kegiatan ini bertujuan untuk mempertemukan produsen lokal yaitu petani organik dengan konsumen, serta memudahkan mobilisasi jual beli produk.
Ia mengatakan, sebanyak 32 pelaku usaha terlibat dalam kegiatan ini, seperti petani lokal, produk olahan organik, tanaman hias dan pengrajin daur ulang.
Sebanyak 15 kelompok tani di Pulau Ambon terlibat dalam kegiatan ini, diantaranya kelompok petani Taeno Mekar, Waai, Hutumuri, Airlow, dan Morella.
"Ini kali kedua AMF digelar dan mengalami peningkatan luar biasa dibandingkan bulan Desember, bukan karena jumlah pengunjung tetapi pelaku usaha yang terlibat semakin meningkat dari 22 pelaku usaha menjadi 32," ujarnya.
Produk yang dijual juga semakin beragam kata Weldmina, sayuran dan buah organik dan hidroponik masih menjadi unggulan, ditunjang produk lain makanan olahan sehat seperti tepung sagu ambon, olahan buah pala organik dan produk lainnya.
"Sayur dan buah organik merupakan produk yang laris diburu konsumen, karena sayuran dan buah ditanam secara sehat tanpa pestisida, dan semuanya habis terjual sejak kegiatan ini dibuka," tandasnya.
Harga produk organik dan hidroponik yang dijual juga beragam dan tidak semahal yang dibayangkan masyarakat. Untuk sayur-sayuran dijual dengan harga Rp5.000 -Rp10.000. Sedangkan buah-buahan dijual perbuah dan perkilo mulai Rp20.000 hingga Rp30.000 sesuai ukuran dan jenis.
"Bawang, cabai, tomat, daun selada dan seledri juga menjadi incaran konsumen, semuanya ini karena masyarakat semakin sadar sayuran sehat," katanya.
Pihaknya berharap, ke depan kegiatan ini semakin diminati konsumen yang semakin sadar bahwa sayaran organik penting untuk kesehatan, sekaligus meningkatkan gairah pedagang untuk terus mengembangkan potensi.
"Kami juga mendapat dukungan penuh dari Pemerintah Kota Ambon yang menjadikan kegiatan ini sebagai agenda tetap setiap bulan," ujar Weldemina.*
Baca juga: Tanaman hidroponik untuk pelestarian Sungai Citarum
Baca juga: Rampak Sarinah jadi investor Koperasi Hidroponik Tulungagung
Baca juga: Penyandang disabilitas Yogayakarta berlatih cocok tanam hidroponik
Pewarta: Penina Fiolana Mayaut
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019