Jakarta (ANTARA News) - Peneliti geologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Danny Hilman Natawidjaja mengatakan Indonesia sangat rentan gempa karena berada pada tiga lempeng kerak bumi dan beberapa patahan atau sesar aktif.Wilayah Indonesia penuh dengan pusat seismik. Hanya Kalimantan yang memiliki sedikit pusat seismik tetapi bukan berarti bebas gempa."
"Wilayah Indonesia penuh dengan pusat seismik. Hanya Kalimantan yang memiliki sedikit pusat seismik tetapi bukan berarti bebas gempa," kata Danny dalam salah satu sesi Disaster Outlook 2019 yang diadakan di Jakarta, Kamis.
Tiga lempeng kerak bumi yang ada di wilayah Indonesia adalah Indo-Australia, Eurasia dan Pasifik. Pergerakan antarlempeng yang ada di wilayah Indonesia menyebabkan banyak retakan atau patahan yang disebut dengan sesar.
Gempa yang terjadi di wilayah Sumatera misalnya, Danny menyebut disebabkan oleh Sunda Backthrust yang ada diantara lempeng Indo-Australia dengan Eurasia dan sesar Sumatera yang membentang di berbagai kota besar Sumatera seperti Banda Aceh, Padang Panjang, Bengkulu dan lain-lain.
"Di Jawa juga banyak sesar aktif, seperti sesar Lembang. Yang terbaru adalah keberadaan sesar Kendeng-Baribis yang membentang mulai dari Surabaya, Semarang, Cirebon, Subang dan diduga sampai Jakarta dan Anyer," jelasnya.
Namun, Danny menegaskan penerusan sesar Kendeng-Baribis sampai ke Jakarta masih berupa dugaan. Perlu, dan sangat penting, dilakukan penelitian geofisika dan geologi untuk meneliti penerusan sampai ke Jakarta.
"Sedangkan sesar yang menyebabkan bencana di Palu dan sekitarnya hanya salah satu segmen saja, yaitu sesar Palukoro. Sesar tersebut membentang panjang yang keseluruhan disebut sesar Palukoro-Matano-Sorong yang juga melewati Jayapura," kata ketua Kelompok Kerja Geologi Pusat Studi Gempa Nasional itu.
Danny menjadi salah satu pembicara dalam salah satu sesi Disaster Outlook 2019 yang diadakan Aksi Cepat Tanggap (ACT), bekerja sama dengan Asia Pacific Alliance for Disaster Management Indonesia, Masyarakat Relawan Indonesia (MRI) dan Disaster Management Institute of Indonesia (DMII).
Selain Danny, pembicara lain dalam sesi tersebut adalah ahli geofisika Universitas Mataram Teti Zubaidah, Kepala Subbidang Prediksi Cuaca Badan Meterologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Agie Wandala Putra dan Ketua Ikatan Ahli Tsunami Indonesia Gegar S Prasetya.
Baca juga: Korban jiwa akibat bencana Sulawesi Tengah capai 4.340
Baca juga: Pasigala Centre minta rekonstruksi pascabencana Sulteng berlandaskan mikro-zonasi
Pewarta: Dewanto Samodro
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2019