Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Anung Sugihantono di Jakarta, Kamis, mengatakan hasil Riset Kesehatan Dasar 2018 menunjukkan prevalensi kanker di Daerah Istimewa Yogyakarta mencapai 4,86 per 1.000 penduduk, Sumatera Barat 2,47 per 1.000 penduduk dan Gorontal0 2,44 per 1.000.
"Ada beberapa faktor yang menyebabkan daerah-daerah tersebut tinggi angka kanker, misalnya karena merokok dan juga pola makan sehat yang kurang terjaga," kata Anung.
Secara nasional prevalensi kanker juga mengalami peningkatan. Prevalensi tumor atau kanker yang tahun 2013 tercatat 1,4 per 1.000 penduduk naik menjadi 1,79 per 1.000 penduduk pada 2018.
Di Indonesia, pada laki-laki kanker paru paling banyak terjadi dengan prevalensi 19,4 per 100.000 penduduk dan rata-rata angka kematian 10,9 per 100.000 penduduk disusul kanker hati dengan prevalensi 12,4 per 100.000 penduduk dan rata-rata angka kematian 7,6 per 100.000 penduduk.
Sedangkan pada perempuan kanker payudara merupakan kasus yang paling banyak terjadi dengan prevalensi 42,1 per 100.000 penduduk dan rata-rata kematian 17 per 100.000 penduduk diikuti kanker leher rahim dengan angka kejadian 23,4 per 100.000 penduduk dan rata-rata angka kematian 13,9 per 100.000 penduduk.
Angka-angka tersebut menempatkan Indonesia di posisi delapan negara dengan kejadian kanker tertinggi di Asia Tenggara, dan ke-23 di Asia.
Anung mengatakan upaya masif dari pemerintah dan masyarakat dibutuhkan untuk mengoptimalkan upaya pencegahan dan pengendalian kanker di Indonesia mengingat 43 persen kanker dapat dicegah dengan menerapkan gaya hidup sehat seperti menjauhi rokok dan alkohol, rutin melakukan aktivitas fisik, serta mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang.
Baca juga:
43 persen kanker dapat dicegah dengan pola hidup sehat
Pasien kanker RSCM dan Dharmais terus meningkat
Pewarta: Aubrey Kandelila Fanani
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2019