"Arahan kepala lembaga itu kita akan fokus ke IPSC tahun ini," kata Kepala Laboratorium Stem Cell Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Ita Margaretha Nainggolan saat ditemui Antara, di Jakarta, Jumat.
IPSC adalah sel-sel dewasa yang telah diinduksi oleh faktor-faktor yang membuat sel tersebut menjadi sel induk (punca) yang dapat terus menerus memperbanyak dirinya sendiri dan kembali bersifat pluripoten sehingga dapat berdiferensiasi.
Ita yang juga peneliti talasemia menuturkan sebenarnya sel punca yang paling berpotensi untuk menjadi hampir semua jenis sel di dalam tubuh manusia adalah sel-sel induk embrionik yang berasal dari embrio manusia, namun secara etika, masih menimbulkan perdebatan untuk implementasinya.
Oleh karena itu, IPSC menjadi solusi untuk mendapatkan sel-sel yang akan memiliki sifat seperti sel punca embrionik atau yang dikenal dengan embryonic-like stem cells, tanpa harus mengambil dari embrio manusia, tapi bisa menggunakan sel-sel dewasa yang telah berdiferensiasi.
Dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan medis saat ini, maka untuk mendapatkan IPSC dapat dilakukan dengan cara menginduksi empat faktor Yamanaka pada sel-sel yang sudah berdiferensiasi atau sudah dewasa, misalnya sel jaringan ikat kulit (fibroblas) dan sel darah putih mononuklear. Proses ini disebut reprogramming cell.
Empat faktor Yamanaka yang diperkenalkan oleh ilmuwan Jepang yang pertama kali membuat iPSC, terdiri dari Oct3/4, Sox2, KLf4 dan c-Myc.
"Empat faktor Yamanaka apabila diintroduksi ke dalam sel, maka sel itu akan menjadi muda kembali, jadi disebut sebagai embryonic-like stem cells, jadi dia mimik, sifat-sifatnya mimik embryonic stem cells," ujarnya.
Ita menuturkan empat faktor Yamanaka yang masuk ke sel itu tidak berpotensi untuk mengganggu kromosom dalam sel yang diinduksi.
Sel punca hasil induksi dapat terus membelah diri dan mempunyai potensi untuk menggantikan berbagai sel yang rusak.
Sebagai contoh, sel darah putih diambil dan diintroduksi dengan empat faktor Yamanaka sehingga yang tadinya bertindak sebagai sel dewasa dengan fungsi yang spesifik, dengan reprogramming cell tersebut dapat kembali menjadi sel induk yang berpotensi menjadi berbagai sel dewasa seperti sel saraf, sel jantung, sel hati dan lainnya.
"Saya menggunakan stem cell ini untuk penelitian talasemia, untuk mengetahui mekanisme mengapa suatu mutasi dapat menimbulkan gejala klinis anemia yang parah, jadi kita belum penerapan secara klinis," ujarnya.
Talasemia merupakan penyakit sel darah merah yang disebabkan oleh sintesis yang tidak normal pada pembentukan hemoglobin sehingga menimbulkan gejala klinis anemia dengan derajat keparahan yang bervariasi dari ringan, berat sampai fatal seperti kematian janin dalam kandungan, tergantung berat ringannya mutasi.
Baca juga: Lembaga Eijkman: Indonesia masuki era pengobatan presisi
Baca juga: Lembaga Eijkman dorong pemeriksaan dini deteksi kelamin ambigu
Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2019