Cegah DBD dengan berantas nyamuk

3 Februari 2019 16:50 WIB
Cegah DBD dengan berantas nyamuk
Peternak menangkap ikan Cupang yang akan didistribusikan kepada warga di Kelurahan Ketami, Kota Kediri, Jawa Timur, Sabtu (2/2/2019). Pemerintah daerah Kediri melakukan program "ikanisasi" dengan membagikan ikan Cupang secara gratis kepada warga guna mencegah perkembangbiakan nyamuk Aedes Aegypti pembawa virus DBD yang telah mengakibatkan 12 penderita meninggal dunia selama sebulan terakhir. (ANTARA FOTO/Prasetia Fauzani/foc.)
Jakarta (ANTARA News) - Penyakit demam berdarah dengue (DBD) yang kasusnya semakin meningkat seiring curah hujan tinggi menjadi ancaman bagi masyarakat di seluruh Indonesia.

Penyakit DBD masih dikategorikan sebagai endemis di seluruh wilayah Indonesia, tanpa terkecuali. Hal itu dikarenakan tempat bersarang dan berkembang biaknya nyamuk pembawa virus dengue, yaitu nyamuk aedes aegypti berada di lingkungan sekitar tempat manusia hidup.

Nyamuk aedes berbeda dengan nyamuk anopheles, si pembawa virus malaria yang memilih genangan air yang kotor untuk menelurkan jentik-jentik nyamuk.

Sementara nyamuk penular penyakit DBD menyukai genangan air yang bersih untuk berkembang biak. Tidak heran kalau nyamuk aedes aegypti bisa hidup di sekitar pemukiman manusia.

Perlu diketahui bahwa penyakit menular demam berdarah dengue hanya bisa ditularkan oleh nyamuk aedes aegypti. Oleh karena itulah pencegahan manusia agar tidak terkena penyakit DBD dengan mengendalikan si nyamuk supaya tidak banyak berkembang.

Direktur Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi menekankan bahwa prinsip utama pencegahan dan pengendalian penyakit demam berdarah dengue ialah dengan menurunkan populasi nyamuk.

Tentu saja dalam upaya menurunkan populasi nyamuk tidak bisa dilakukan oleh pemerintah sendirian, namun amat sangat membutuhkan peran masyarakat dalam menjaga lingkungan agar tetap bersih.

Program yang dikampanyekan oleh Kementerian Kesehatan ialah upaya Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) agar nyamuk aedes tidak bisa berkembang dan menularkan penyakit.

Banyak hal yang bisa dilakukan masyarakat untuk membersihkan lingkungan dengan 3M Plus, yaitu menutup semua tampungan air atau sumber air, menguras bak mandi, dan mendaur ulang barang bekas.

Nyamuk aedes menjadikan genangan air yang bersih untuk berkembang biak, oleh karena itu tampungan air di ember atau bak kamar mandi jangan terlalu lama didiamkan.

Menguras bak mandi secara rutin sangat membantu dalam mencegah adanya jentik nyamuk yang hidup di dasar kolam. Jika ada kolam di taman sebaiknya ditaruh ikan pemakan jentik seperti ikan mujair atau cupang.

Perhatikan pula berbagai barang bekas, seperti ember, kaleng, atau ban yang bisa saja menampung air ketika hujan datang. Segera buang air tersebut agar tidak menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk.

Jika, di rumah ada tanaman hias yang ditaruh dalam vas berisi air juga harus diperhatikan agar tidak menjadi sarang nyamuk. Tumbuhan lain yang memiliki sela atau rongga seperti pisang kipas juga bisa menampung air di antara batang dan dahan.

Menteri Kesehatan Nila Moeloek memberikan perhatian serius terhadap kebersihan lingkungan di sekolah.

Mengingat penderita kasus penyakit DBD kebanyakan anak usia 9-14 tahun, Menkes Nila meminta agar air di ember atau bak kamar mandi sekolah harus dikuras.

Terlebih ketika sekolah sedang libur akhir pekan atau libur panjang, air di kamar mandi sekolah yang tak digunakan bisa menjadi sarang nyamuk dan mengancam siswa-siswi saat bersekolah.

Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan memberikan obat pembunuh jentik nyamuk atau larvasida yang disalurkan pada dinas-dinas kesehatan daerah.

Selain itu juga ada pengasapan atau fogging yang mengandung insektisida untuk membunuh nyamuk.

Namun, upaya tersebut juga harus didukung dengan kebersihan lingkungan sekitar rumah.

Masyarakat harus waspada jangan sampai tergigit oleh nyamuk aedes aegypti.

Oleh karena itu, hindari gigitan nyamuk dengan memberantas nyamuk yang ada di rumah. Jangan biarkan pakaian atau barang-barang menumpuk yang bisa jadi tempat bersembunyi nyamuk.



Vaksin DBD

Vaksin DBD sebenarnya sudah bisa didapatkan di beberapa rumah sakit besar untuk pencegahan penyakit yang bisa menimbulkan korban jiwa tersebut bila tidak segera ditangani.

Namun, efektivitas vaksin DBD belum bisa menjaga seseorang 100 persen tidak terkena penyakit demam berdarah dengue.

Direktur Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Nadia menyebutkan vaksin DBD hanya bisa diberikan pada anak di atas usia 9 tahun.

Selain itu vaksin hanya efektif pada seseorang yang sebelumnya pernah terinfeksi virus dengue dengan efektivitas 80 persen.

Namun, jika diberikan pada seseorang yang belum pernah terinfeksi virus dengue, efektivitas menurun menjadi hanya 40 sampai 50 persen.

Vaksin DBD ini pun memiliki beberapa tipe karena virus dengue yang berada di setiap wilayah negara berbeda-beda sehingga vaksin masih terus dalam tahap pengembangan.

Data terbaru penyakit DBD di seluruh Indonesia sejak awal Januari hingga tanggal 1 Februari 2019 ialah 15.132 orang, dengan kasus kematian sampai 145 jiwa.

Provinsi paling tinggi yang terjadi kasus DBD dan kematian akibat DBD, ialah Provinsi Jawa Timur dengan 3.074 kasus, di mana 52 orang meninggal dunia.

Kasus terbanyak kedua, ialah Jawa Barat dengan 2.204 kejadian di mana 14 meninggal dunia, NTT dengan 1.092 kejadian di mana 13 meninggal dunia, dan Sumatera Utara 1.071 kejadian di mana 13 meninggal dunia.

Pada tahun-tahun sebelumnya, Kemenkes mencatat terjadi 53.075 kasus DBD pada 2018, 68.407 kasus pada 2017, dan 204.171 kasus pada 2016.*


Baca juga: Anies nyatakan perawatan gratis untuk pasiden DBD di Jakarta

Baca juga: PSN dan pemberian abate bisa mencegah DBD di Lebak-Banten

Baca juga: Camat di Jakarta Utara berkoordinasi dengan RT/RW untuk cegah DBD


 

Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019