Mengintip bisnis mahasiswa beromset Rp20 juta

3 Februari 2019 22:13 WIB
Mengintip bisnis mahasiswa beromset Rp20 juta
Ilustrasi - Pekerja mengikat keripik pisang ke dalam satu plastik besar di sentra pembuatan keripik pisang di Desa Segala Mider, Tanjung Karang Barat, Bandar Lampung, Lampung, Selasa (26/7). (ANTARA/Rosa Panggabean)
Berlimpahnya buah pisang di Provinsi Lampung, menginspirasi Karvien, mahasiswa Universitas Lampung, untuk mulai berwirausaha camilan olahan berbahan baku buah tropis tersebut.

Memiliki motto "ATM" atau singkatan dari amati, tiru dan modifikasi, usaha dan nama Karvien saat ini terus melejit.

Wirausahawan muda kampus yang juga pendiri usaha camilan populer vanana chips ini tidak hanya piawai dalam bisnis nyata. Selain itu ia juga memiliki prestasi, seperti menjadi juara Terbaik I Kewirausahaan Mahasiswa Indonesia/KMI dan menjuarai Harapan II Stand Terbaik dalam kategori industri makanan dan minuman yang digelar oleh Kemenristek Dikti RI pada November 2018.

Selain itu, dirinya juga mendapat Juara Terbaik II Entrepreneurship Award dalam acara begawi karir, dan sederet prestasi lainnya, seperti Pemuda Hebat Kemenpora 2018, Juara III lomba tahfidz al-Qur`an Unila 2015, Juara harapan II lomba inovasi daerah Balitbangda Lampung 2017.

Usaha rintisan vanana chips mulai dikembangkan Karvien sejak Desember 2017, dengan inovasi keripik pisang lapis lumer khas Lampung, dengan balutan coklat berbagai rasa, juga bersensasi lumer di mulut.

Ia melihat di Lampung, usaha keripik pisang masih populer. Jadi, ia hanya menerapkan motto ATM (amati, tiru, modifikasi) pada awal mulai merintis usaha, sehingga terus berinovasi dengan keripik pisang yang biasanya memakai perasa bubuk, dimodifikasi dengan coklat lumer. Kemudian menjadikan brand vanana chips menjadi snack kekinian khas Lampung.

Meski usaha ini terbilang belum berdiri lama, yakni satu tahun, bisnis industri kreatif yang coba dikembangkan Karvien kini memiliki omzet lebih dari Rp 20 juta/bulan.

Karvien mengungkapkan, awal merintis usaha modalnya hanya Rp1 juta, uang yang diberikan paman hasil menjual tanah. Kemudian uang itu digunakan untuk membeli siler, plastik kemasan, dan membeli keripik di centra keripik PU, Bandarlampung.

"Awalnya gak dapet apa-apa, karena sering ditolak. Jadi, awal merintis usaha hanya mendapat pengalaman dan capek saja," katanya.



Tangga Kesuksesan

Karvien kelahiran Jakarta, 14 Oktober 1997. Namun ia asli pemuda Lampung asal Natar, Kabupaten Lampung Selatan, yang saat ini masih berstatus sebagai mahasiswa Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung angkatan tahun 2015.

Ia menjadi inspirasi wirausaha muda kampus, dengan membuktikan bahwa usaha yang dirintisnya saat ini sudah memiliki lebih dari 90 orang reseller yang tersebar di seluruh kota-kota besar Indonesia.

Pemuda penyuka olahraga basket ini merintis karir wirausaha sudah sedari muda. Perjalanan karir wirausahanya diawali dengan usaha bazar buku penunjang pelajaran sekolah dasar, lalu berwirausaha jamur crispy teroris, menjual berbagai makanan ringan di kampus, hingga dirinya pernah menjadi juru parkir.

Insipari memulai wirausaha dilakukan karena cita-citanya sedari kecil yang ingin menjadi pengusaha. Tetapi untuk awal-awal berwirausaha, harus lebih keras dan rela meluangkan waktu lebih banyak, dibandingkan orang lain yang pekerjaannya lebih ringan. Di lain sisi, ia juga terinspirasi dengan salah seorang mahasiswi yang sudah bisa sukses di usia muda dengan usaha konveksinya. Sehingga tidak banyak berfikir lagi, termotivasi dari mahasiswi berhijab itu, dan melihat usaha camilan keripik pisang cukup potensial.

Selama memulai berwirausaha, Karvien sering mengalami masa sulit. Pada lima bulan awal berwirausaha, menjalankan usaha itu tanpa ada keuntungan. Karena awalnya mengurusi apa-apa sendiri, ditambah belum memiliki kios dan saat itu masih menggunakan sistem pre-order yang maknanya yang memesan hari ini dibawakan pesanannya di esok hari. Dulu selalu repot bawa keripik banyak ke kampus, apalagi dulu ia hanya bermodalkan sepeda motor.

Karvien juga menambahkan, dulu, ketika menawarkan vanana chips sering ditolak. Jadi, kalau satu hari bisa dapat 10 pesanan, ia akui sudah merasa luar biasa.

Saat dalam perjalanan memulai vanana chips, Karvien melihat peluang untuk mendaftarkan usahanya dalam program mahasiswa wirausaha yang diadakan oleh Universitas Lampung untuk menyaring wirausaha muda kampus agar bisa diikutsertakan kembali mewakili Unila dalam ajang KMI oleh Kemenristek Dikti RI.

Karvien dengan lugas membentuk tim, lalu mengajukan proposal dan dari kepiawaiannya melihat peluang, Karvien mendapatkan skor terbaik ketiga dengan nilai rata-rata 592,5 dan juga mendapatkan bantuan pendanaan usaha sebesar Rp5 juta dari pihak universitas.

Ketika dana PMW cair, ia gunakan untuk pengembangan usaha. Setelah itu ia dan tiga tim lainnya dikirim mewakili Universitas Lampung dalam ajang KMI nasional, dan menjadi juara I kemudian mendapat pendanaan sebesar Rp16 juta ditambah pelatihan khusus.

Hal itu merupakan masa terindah yang terus ia ingat. Mahasiswa itu mengakui bisa menang karena yang pertama pasti kehendak Tuhan, dan dari segi perkembangan usaha, omzet yang didapatkan 10 kali lipat, dan usaha vanana chips ini potensial, aman untuk dikembangkan dan bahan bakunya tidak sulit didapatkan.

Setelah mendapatkan pendanaan dari Dikti dan pelatihan khusus, Karvien mengakui usahanya berkembang luas terbukti dengan sudah adanya gerai toko khusus vanana chips di Kota Bandarlampung.



Manfaatkan jaringan

Model bisnis yang dipakai Karvien dalam memopulerkan vanana chips sangat inovatif, yaitu dengan memanfaatkan kemajuan teknologi media sosial, seperti instagram, facebook, dan whatsapp juga bekerja sama dengan ojek online bagi pembeli yang berada di sekitaran Kota Bandarlampung.

Dia menjelaskan, Vanana Chips menggunakan media promosi melalui media sosial, sedangkan untuk penjualan menggunakan jaringan reseller. Jadi, toko itu hanya sebagai tempat pengemasan.

Keuntungan menggunakan model bisnis ini adalah ketika semakin banyak reseller maka semakin banyak keuntungan. Misalkan penjualan dilakukan sendiri, sehari paling banyak 60 pesanan. Sedangkan memakai reseller bisa menjual lebih banyak.

Dia mencontohkan, diawal hanya punya 10 reseller, dan masing-masing reseller bisa menjual 20 bungkus sehari. Jadi, kalau ditotal sehari bisa menjual 200 bungkus. jelas Lebih banyak dibandingkan tanpa reseller.

Untuk menjadi wirausaha yang inovatif, tak boleh merasa lelah dan belajar berwirausaha, juga jangan takut mencoba selagi muda. Selaras dengan Karvien dan usahanya yang terus saja mencoba, karena dirinya percaya kegagalan itu pasti akan lelah mengikuti.

Karvien menambahkan, bagi kaula muda lain, jangan takut gagal dalam berwirausaha, gagal itu sama saja dengan belajar, sedangkan berhasil itu adalah bonus. Tugas sebagai kaula muda penerus negeri, harus bisa berkarya dan menginspirasi, Jangan malas, karena kaula muda adalah agen perubahan.*


Baca juga: Gang PU masih menjadi lokasi favorit bagi pemburu keripik pisang

Baca juga: Kementan: Pisang Mas Lampung ekspor perdana ke Tiongkok



 

Pewarta: Triono Subagyo dan Rika Alfianti
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019