Adalah Mariesa Mulan Tikha, dara kelahiran Bandarlampung, 15 april 1998, ini pun melihat peluang bisnis di sektor makanan, khususnya camilan makaroni pedas.
Berawal dari melihat sang kakak yang sukses di dunia bisnis, anak ke-4 dari 5 bersaudara ini pun mulai merancang bisnis miliknya sendiri. Oleh karena itu, sejak masih duduk di kelas 2 sekolah menengah atas, tepatnya pada tahun 2014, ia pun memutuskan berbisnis makaroni pedas.
Pemilihan makaroni sebagai bisnis yang ditekuninya tersebut karena pada saat itu, makanan ringan seperti makaroni pedas kriuk memang sedang digandrungi oleh masyarakat. Selain itu, makaroni juga disukai oleh semua kalangan.
Hal yang semakin membuat Icha, sapaan akrab Mariesa, yakin untuk memulai bisnis di bidang camilan ini juga karena saat makaroni pedas tersebut sedang digandrungi, di Lampung sendiri belum banyak yang menjualnya. Bahkan, saat itu orang-orang rela menggunakan jasa titip hanya untuk membeli makaroni.
Melihat peluang camilan yang memang disukai oleh semua kalangan, kata dia, dan juga karena untuk makaroni pedas sendiri di Lampung belum ada yang menjual, maka memutuskan untuk memulai usaha makaroni pedas yang beri nama Markonahriuk. Artinya sendiri adalah Makaroni Renyah dan Kriuk.
Markonah, nama brand yang sebenarnya cukup unik bagi beberapa masyarakat yang mendengar. Tetapi, nama tersebut pulalah yang ternyata menjadi salah satu daya tarik masyarakat dalam membeli produk milik Icha ini.
Perjuangan dari Icha sendiri dalam membangun bisnis camilan ini tidaklah semulus yang dibayangkan. Di awal-awal, ia merasakan sulitnya merintis bisnis, berusaha dengan keras untuk menarik pelanggan.
Membuat akun instagram sebagai salah satu alat promosi, namun tidak semudah yang diharapkan, karena produknya belum dikenal sama sekali oleh orang-orang.
Dia mengakui, awal merintis itu cukup sulit, karena orang-orang juga belum tahu produknya, "followers " di instagram juga belum banyak.
Icha pun membawa ke sekolah untuk dipromosikan ke teman-teman dulu, minta tolong untuk promosikan ke Instagram Story masing-masing. Bahkan ia harus endorse (memberikan produknya gratis untuk kemudian dipromosikan) sana-sini. Itu semua agar orang-orang tahu dan kenal Markonah_Kriuk.
Tekad kuat yang dimiliki Icha dalam berbisnis inilah yang membuatnya pantang menyerah. Bermodal awal uang pinjaman Rp500.000, milik orang tua, ia terus gencar dalam mempromosikan bisnis camilannya ke berbagai kalangan. Mencoba untuk terus masuk ke dalam setiap peluang yang dapat membuat camilannya dikenal dan diterima masyarakat luas.
Hingga akhirnya, bisnis camilan makaroni tersebut pun dapat terus berjalan, dalam 2 kali keuntungan yang didapat, modal awal pun dapat kembali, terus berputar, hingga akhirnya uang yang dipinjam dari orang tua pun dapat dikembalikan.
Hingga sekarang, Icha dapat menghasilkan keuntungan Rp1 juta hingga Rp2 juta per bulan, uangnya kemudian disimpan untuk ditabung.
Menjadi seorang pelajar dan pebisnis bukanlah suatu hal yang mudah dijalani tanpa kedisiplinan dan kekonsistenan yang dibangun di dalam diri.
Icha, yang pada 2 tahun awal merintis karirnya dibidang ini merupakan seorang pelajar dari salah satu sekolah menengah atas favorit di Bandarlampung, yaitu SMAN 9 Bandarlampung. Melalui kedisiplinan dan kekonsistenannya Icha mampu melalui masa SMA-nya dengan lancar serta bisnis yang terus berjalan.
Bahkan ia masih sempat mengikuti perlombaan Basket Putri dalam Developmental Basketball League (DBL) 2015 mewakili sekolah bersama dengan timnya. Sekolah dan bisnis pun dapat dilalui baik.
Sampai akhirnya menuju kepada jenjang yang lebih tinggi, dara cantik ini diterima di Jurusan Hukum, Universitas Padjadjaran, Bandung.
Sebagian orang mugkin bertanya-tanya, apakah bisnis Markonah_Kriuk ini akan berhenti dengan Icha yang kemudian menetap untuk waktu yang cukup lama di kota lain, untuk kuliah lagi.
Dengan kekonsistenan yang dimiliki oleh Icha dari awal memulai bisnis, bukannya menyudahi bisnis yang ia rintis sejak SMA ini, Icha justru melihat peluang yang ada dengan membuka bisnis yang sama di kota di mana dia menuntut ilmu.
Bisnis yang ia rintis awal di Lampung pun tidak ditinggalkan dan tetap bertahan hingga kini. Bahkan, tetap mengontrol penjualan yang ada di Lampung juga.
"Ya, karena kuliah di Bandung, aku melihat peluang yang ada, lalu buka untuk yang di Bandung juga. Untuk yang di Lampung enggak ada kekhawatiran karena ada kakak yang bantu juga. Jadi yang di Lampung, yang mengatur jualanku kakak aku, dia ngebantu yang ngeladenin penjual yang beli, kalau balas chat (pesan) dan urus segala macemnya tetep aku. Kalau kirim ke luar kota aku yang ngirim.
"Alhamdulillah aku juga udah banyak reseller sekarang," ungkapnya.
Menjadi mahasiswa yang meng-handle bisnis dari dua kota yang berbeda pasti tidaklah mudah, hal tersebut juga yang sering menjadi alasan mahasiswa mengurungkan niatnya dalam berbisnis. Menurut Icha sendiri, rutinitas yang dilakukannya tersebut tidaklah mengganggu kuliahnya sama sekali.
"Enggak ganggu sama sekali sih kalo dari pribadi aku sendiri. Cuma kalau lagi Ujian Akhir Semester memang akunya slowrespond, gitu," kata dia.
Di era yang modern, teknologi berkembang dengan pesat, dan hampir seluruh masyarakat pun mengandalkan kemajuan teknologi yang ada.
Itu pulalah yang dimanfaatkan oleh Icha, dari awal memulai bisnis, Icha bukanlah penjual yang menjajakkan jualannya di sebuah outlet. Melainkan memanfaatkan media yang memang sedang banyak digunakan oleh masyarakat, seperti Instagram.
Platform digital seperti itulah yang kemudian memudahkan Icha membangun usahanya tanpa harus mengganggu tugasnya sebagai pelajar.
Dengan memanfaatkan kemajuan teknologi yang ada, Icha sudah mulai masuk menjadi Startup Entrepreneur. Seperti yang diharapkan oleh Badan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia (Bekraf RI), bahwa generasi muda harus dapat menjadi Startup Entrepreneur.
Icha pun mengingatkan bagi mahasiswa dan anak muda lain yang ingin berbisnis tetapi masih ada keraguan, ia mengatakan bahwa yang terpenting adalah konsisten dan terus berusaha.
Icha pun mengeluarkan tips untuk mahasiswa dan anak muda di luar sana yang masih ragu dalam memulai bisnis, yang pertama jangan pernah berpikir untung yang besar, apalagi di awal-awal usaha, karena lebih baik untungnya kecil tapi banyak yang beli.
Jangan pernah puas dari hasil yang sudah didapat, dan yang paling penting adalah jualan di bidang yang disukai karena kalau suka mau sesusah apapun pasti senang-senag saja menjalaninya, dan akan jadi konsisten dan disiplin dalam penerapannya.
Baca juga: Gerakan Indonesia bi5a! dorong pertumbuhan bisnis "startup"Baca juga: Delapan pemula Indonesia belajar di markas Google
Pewarta: Triono Subagyo
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2019