• Beranda
  • Berita
  • Menristekdikti targetkan pimpin publikasi se-Asia Tenggara

Menristekdikti targetkan pimpin publikasi se-Asia Tenggara

4 Februari 2019 20:42 WIB
Menristekdikti targetkan pimpin publikasi se-Asia Tenggara
Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Mohamad Nasir (kedua kanan) bersama CEO Bukalapak, Achmad Zaky (kiri) dan Rektor ITB Kadarsah Suryadi (kanan) menyerahkan secara simbolis sepeda untuk kampus ITB saat melakukan kunjungan kerja di Bandung, Jawa Barat, Jumat (1/2/2019). Dalam kunjungan tersebut, Menristekdikti memberi memberikan pandangannya tentang industri riset dan peluang usaha digital di era milenial dalam acara talkshow yang bertema "The Critical Importance of Industry Research". (ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi/NZ.)

Makassar (ANTARA News) - Menteri Riset Teknologi dan Perguruan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir mengatakan Indonesia tahun ini siap menjadi pimpin (leader) publikasi internasional di kawasan Asia Tenggara.

Menristekdikti Mohamad Nasir di Makassar, Senin, mengatakan Indonesia saat ini sudah menempati posisi kedua di bawah Malaysia sebagai negara terbanyak melakukan publikasi internasional di Asia Tenggara.

"Pada akhir 2018, publikasi internasional Malaysia (posisi pertama) sebanyak 31.950 sementara kita sudah berada diangka 30.975 publikasi," katanya saat menghadiri salah satu acara di Makassar.

"Dan 2019 ini, Indonesia akan menjadi leader publikasi internasional di Asia Tenggara," kata dia.

Sementara di posisi ketiga ada Singapura dengan 22 ribu dan Thailand di sekitar 18 ribu publikasi internasional.

Ia menjelaskan, angka terbaru itu begitu tinggi jika dibandingkan dengan kondisi 20 tahun yang lalu yang masih jauh tertinggal dari Singapura dan Thailand.

"Sejak 20 tahun lalu, publikasi kita begitu sulit mengalahkan Thailand dalam riset," ujarnya.

Kondisi itu tetap berlanjut pada 2014 dimana publikasi internasional Indonesia baru diangka 5.250 dibawah Thailand (9.500), Singapura (18 ribu) serta Malaysia di posisi teratas dengan 28 publikasi.

Menurut dia, dari berbagai kebijakan dan arahan dari presiden, maka perlu dilakukan perubahan mendasar, melakukan koordinasi dengan berbagai lembaga yang pada akhirnya memberikan hasil yang maksimal.

"Riset itu dimulai dari teknologi, tingkat kesiapan teknologi, riset dasar terapan, pengembangan dan inovasi kemudian kita akan kelompokkan. Jangan sampai berulang-ulang. Riset di peternakan, koordinasi dengan lembaga lain termasuk lembaga kementerian pertanian," katanya.*


Baca juga: Menristekdikti uji coba kuliah daring di tujuh perguruan tinggi

Baca juga: Menristekdikti dukung pendirian Akademi Komunitas Seni Budaya Yogyakarta

Baca juga: Menristekdikti: e-learning harus diimbangi peningkatan kompetensi dosen


 

Pewarta: Abdul Kadir
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019