Menristekdikti Mohamad Nasir di Makassar, Senin, mengatakan Indonesia saat ini sudah menempati posisi kedua di bawah Malaysia sebagai negara terbanyak melakukan publikasi internasional di Asia Tenggara.
"Pada akhir 2018, publikasi internasional Malaysia (posisi pertama) sebanyak 31.950 sementara kita sudah berada diangka 30.975 publikasi," katanya saat menghadiri salah satu acara di Makassar.
"Dan 2019 ini, Indonesia akan menjadi leader publikasi internasional di Asia Tenggara," kata dia.
Sementara di posisi ketiga ada Singapura dengan 22 ribu dan Thailand di sekitar 18 ribu publikasi internasional.
Ia menjelaskan, angka terbaru itu begitu tinggi jika dibandingkan dengan kondisi 20 tahun yang lalu yang masih jauh tertinggal dari Singapura dan Thailand.
"Sejak 20 tahun lalu, publikasi kita begitu sulit mengalahkan Thailand dalam riset," ujarnya.
Kondisi itu tetap berlanjut pada 2014 dimana publikasi internasional Indonesia baru diangka 5.250 dibawah Thailand (9.500), Singapura (18 ribu) serta Malaysia di posisi teratas dengan 28 publikasi.
Menurut dia, dari berbagai kebijakan dan arahan dari presiden, maka perlu dilakukan perubahan mendasar, melakukan koordinasi dengan berbagai lembaga yang pada akhirnya memberikan hasil yang maksimal.
"Riset itu dimulai dari teknologi, tingkat kesiapan teknologi, riset dasar terapan, pengembangan dan inovasi kemudian kita akan kelompokkan. Jangan sampai berulang-ulang. Riset di peternakan, koordinasi dengan lembaga lain termasuk lembaga kementerian pertanian," katanya.*
Baca juga: Menristekdikti uji coba kuliah daring di tujuh perguruan tinggi
Baca juga: Menristekdikti dukung pendirian Akademi Komunitas Seni Budaya Yogyakarta
Baca juga: Menristekdikti: e-learning harus diimbangi peningkatan kompetensi dosen
Pewarta: Abdul Kadir
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019