"Tradisi buka pintu lebar-lebar tepat pada saat tengah malam pergantian tahun merupakan sebuah simbol harapan akan datangnya berkah," kata pemerhati budaya Tionghoa Bangka, Suwito Wu di Muntok, Babel, Selasa.
Selain membuka pintu lebar-lebar, warga yang merayakan Imlek juga tidak tidur menunggu hingga lewat pukul 24.00 WIB.
Menurut dia, tradisi itu dimaksudkan karena pada saat pergantian hari tepat tengah malam adalah saat tepat untuk menyambut berkah masuk ke dalam rumah.
Selain tradisi itu, katanya, menjelang pergantian tahun, mereka juga melakukan kebiasaan sembahyang yang dipanjatkan untuk para leluhur dengan mengambil waktu tepat satu hari sebelum Imlek.
Pada tahun baru, setelah bersembahyang leluhur pada malam sehari sebelum tahun baru Imlek yang biasa disebut sam sip am pu, orang-orang Tionghoa yang beragama Konghucu akan bersembahyang kepada Tuhan dan dewa dewi di Tepekong, kelenteng atau vihara.
Sembahyang itu merupakan momentum untuk mengenang budi orang tua dan pendahulu yang telah meniggalkan alam fana karena orang Tionghoa yang beragama tradisional percaya bahwa leluhur yang telah meninggal masih ada rohnya yang selalu menjaga anak cucu seperti kala mereka masih hidup.
Sembahyang leluhur saat menjelang Imlek tidak dilakukan dengan berziarah ke makam, tetapi cukup di depan pintu utama rumah atau altar pemujaan leluhur.
Selain kebiasaan itu, warga juga memiliki tradisi membersihkan rumah dan lantai dapur pada saat menjelang Imlek.
"Sapu lama harus dibuang di sudut jalan dan harus mengganti dengan sapu baru yang boleh dipakai di hari kedua Imlek," katanya.
Dalam tradisi bersih rumah, mereka juga masih memegang teguh saat hari tahun baru Imlek tiba, kondisi rumah sudah harus dalam keadaan bersih dan rapi dan pantang untuk menyapu lantai.
"Saat tahun baru Imlek tiba, orang Tionghoa di Bangka harus memastikan semua utang piutang sudah lunas," katanya.
Baca juga: Ribuan warga Tionghoa di Aceh rayakan Imlek
Baca juga: Yang boleh dan tidak boleh dilakukan saat Imlek
Baca juga: Vihara Dharma Bhakti ramai dikunjungi meski tengah malam
Pewarta: Donatus Dasapurna Putranta
Editor: Virna P Setyorini
Copyright © ANTARA 2019