Puluhan warga Gunung Kidul terserang DBD

5 Februari 2019 09:48 WIB
Puluhan warga Gunung Kidul terserang DBD
Ilustrasi. Petugas Fogging Kecamatan Palmerah melakukan pengasapan di SDN Kota Bambu 07 Pagi, Palmerah, Jakarta Barat, Jumat (25/1/2019). Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta menyatakan bulan Januari ini di wilayah Jakarta Barat, Jakarta Selatan dan Jakarta Timur menjadi daerah waspada demam berdarah dengue, sementara bulan Februari dan Maret mendatang seluruh wilayah Ibu Kota diprediksi masuk dalam kategori waspada. ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/ama.
Gunung Kidul (ANTARA News) - Puluhan warga di Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, terserang penyakit demam berdarah dengue (DBD) yang merebak sejak awal Januari 2019 hingga sekarang.

Sekretaris Dinas Kesehatan (Dinkes) Gunung Kidul Priyanta Madya Satmaka di Gunung Kidul, Selasa, mengatakan jumlah kasus DBD pada awal 2019 meningkat dibandingkan dengan 2018.

Berdasarkan data yang diperoleh, peningkatan terjadi hampir dua kali lipat. Pada awal 2019 yang baru berjalan sebulan, sudah ada laporan 37 kasus DBD di Gunung Kidul.

"Kasus 2018 pada bulan yang sama sejumlah 19 kasus, jadi jauh lebih banyak saat ini," kata Priyanta.

Belajar dari kasus mewabahnya DBD yang terjadi di wilayah lain, pihak Dinkes mulai melakukan antisipasi pencegahan, salah satunya adalah mengupayakan juru pemantau jentik (jumantik) setiap rumah satu orang. Dengan adanya petugas di lapangan, nanti akan ada evaluasi dampak yang ditimbulkan.

Selain faktor itu juga perilaku masyarakat dalam melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) masih kurang.

"Menurut kita gerakan PSN oleh masyarakat merupakan yang terpenting, sehingga tidak ada jentik nyamuk yang berkembang biak," katanya.

Priyanta menyebut ada beberapa faktor pemicu, salah satunya ialah curah hujan.

Kasus di tempat lain (luar wilayah) yang meningkat maka berpengaruh terhadap jumlah penderita di Gunung Kidul.

Kalau Jumlah jentiknya sudah melebihi ambang batas maka akan dilakukan fogging (pengasapan). Fogging tidak bisa dilakukan asal-asalan, harus melalui kajian terlebih dahulu,

"Untuk itu, kami mendorong masyarakat untuk menanam tumbuhan pengusir nyamuk seperti lavender, dan serai-seraian. Karena tumbuhan tersebut tidak disukai nyamuk, kata dia.

Untuk wilayah endemik, Priyanta menyebut ada dua kecamatan dengan penderita paling banyak, yakni Kecamatan Karangmojo dan Wonosari.

Ia menyebut kasus DBD menyerang di segala usia, dari anak-anak hingga orang dewasa.

"Penderitanya tidak hanya anak-anak, tetapi orang dewasa juga kena. Ada beberapa kecamatan yang sampai saat ini belum ada penderitanya, kami berharap kecamatan lain tidak ditemukan DBD," harapnya.

Baca juga: Anies minta warga respon cepat bila ada gejala DBD

Baca juga: Dinkes : Kader jumantik kunci gerakan kesadaran masyarakat

Baca juga: Dinkes Malang gagas "panen jentik nyamuk" upaya meminimalisasi DBD


 

Pewarta: Sutarmi
Editor: Virna P Setyorini
Copyright © ANTARA 2019