"Jika kami bisa lolos sampai putaran perempat final, kami otomatis bisa dapat tiket menuju Olimpiade. Tapi jika kami gagal, kami harus mengikuti kejuaraan-kejuaraan lainnya," kata Riau Ega di sela pelantikan Pengurus Pusat Persatuan Panahan Indonesia 2018-2022 di Jakarta, Kamis.
Riau Ega mengaku peluangnya bersama Diananda untuk lolos kualifkasi Olimpiade Tokyo 2020 lebih besar karena telah punya peringkat dunia.
"Jika kami gagal di Belanda, kami harus mendapatkan peringkat ketiga dalam kejuaraan lain," ujar atlet yang mendapatkan medali perunggu pada nomor tunggal putra recurve Asian Games 2018 itu.
Sementara, Diananda mengaku telah masuk fase latihan khusus di Surabaya selepas mengikuti Asian Games 2018. "Bersaing dengan atlet-atlet Asia itu berat, tapi kami akan menghadapi negara-negara lain di luar Asia yang lebih berat lagi," kata atlet yang mendapatkan medali perak nomor tunggal putri recurve Asian Games 2018 itu.
Meskipun berpeluang lolos ke Olimpiade dengan membidik Kejuaraan Dunia Panahan di Belanda pada Juni, Diananda berharap dapat terus mengikuti empat seri Piala Dunia Panahan pada 2019 untuk meningkatkan peringkat dunianya.
Pada awal Februari, Riau Ega menempati peringkat 20 dunia dengan total poin 111,5. Sedangkan Diananda menempati peringkat 31 dunia dengan total poin 91,35.
Setiap negara, berdasarkan aturan Federasi Panahan Dunia, punya peluang mengirimkan maksimal enam atlet panahan, tiga putra dan tiga putri, dalam Olimpiade Tokyo 2020.
Setiap atlet harus mengikuti kejuaraan kualifikasi untuk lolos ke Olimpiade yaitu Kejuaraan Dunia, kejuaraan tingkat benua, dan turnamen kualifikasi final. Delapan tim teratas di Kejuaraan Dunia akan mendapatkan tempat di Olimpiade.
Keikutsertaan atlet-atlet dunia dalam kejuaraan kualifikasi Olimpiade itu demi memenuhi skor minimal 640 untuk putra dan 605 untuk putri. Mereka punya kesempatan untuk mengumpulkan skor itu sejak Juni 2019 hingga Juni 2020.
Baca juga: Perpani bidik Korea Selatan demi persiapan Olimpiade
Pewarta: Imam Santoso
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2019