"Kita disebut sebagai negara rawan dilanda bencana, tapi kita harus tahu bencana itu sendiri seperti apa, bagaimana timbulnya bencana, bagaimana bisa menghindari bencana. Dengan demikian tidak terjadi korban yang berkelanjutan," kata Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir, Jakarta, Kamis.
Hal itu disampaikannya usai melakukan konferensi pers peluncuran kerja sama riset kebencanaan Indonesia dan Inggris melalui Program Newton Fund di Gedung D Kemristekdikti.
Bagi pemerintah, penelitian di bidang kebencanaan menjadi salah satu program utama sebagai upaya memetakan, mencari solusi serta mencegah jatuhnya korban akibat bencana alam yang terjadi, kata Menristekdikti.
Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sepanjang tahun 2018, terjadi lebih dari 2.564 bencana alam di Indonesia. Bencana alam tersebut telah menyebabkan kerugian materil maupun korban jiwa.
Direktur Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan Muhammad Dimyati menyatakan Kemristekdikti membuka kesempatan kolaborasi dengan negara lain dalam bidang riset selama mendukung Prioritas Riset Nasional 2020-2024 berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2018 tentang Rencana Induk Riset Nasional (RIRN) Tahun 2017-2045.
"Kolaborasi riset ini mendukung Prioritas Riset Nasional 2020-2024 dalam manajemen bencana, terutama di bidang kerja sama multisektoral," ujar Dimyati.
***3***
Baca juga: Kemristekdikti jajaki kolaborasi riset dengan Jerman
Baca juga: Indonesia dan Inggris kerja sama danai riset kebencanaan
Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Virna P Setyorini
Copyright © ANTARA 2019