"Saat ini, sebagian besar mobil yang dijual di China dibangun di China, ini memiliki tingkat lokalisasi yang sangat baik," kata Samuelsson.
"Tapi China juga digunakan sebagai pusat ekspor Volvo Cars. Karena tarif yang dikenakan AS, kami harus mendistribusikan ulang," katanya.
Untuk menghindari kenaikan biaya tarif ekspor, ia mengatakan bahwa "mobil yang diproduksi di China sekarang tidak diekspor ke AS, tetapi masih mengekspor ke negara ketiga yang tidak terpengaruh oleh tarif."
Baca juga: Nvidia akan memasok chip kecerdasan buatan untuk Volvo
Pada Kamis (7/2), Volvo merilis laporan kinerja perusahaan 2018 dengan laba operasional sekitar 1,53 miliar dolar AS, meningkat 0,9 persen dari tahun sebelumnya.
"Hasil yang sesuai dengan harapan kami, tetapi tidak sepenuhnya sesuai dengan ambisi jangka panjang. Pertumbuhan pendapatan dan penjualan pada 2018 memang sehat, tetapi profitabilitas dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti tarif dan meningkatnya persaingan harga di beberapa pasar," kata Samuelsson.
Volvo Cars yang diakuisisi produsen mobil China Geely pada 2010, saat ini memiliki 38.000 tenaga kerja di seluruh dunia.
Baca juga: Rentan terbakar, 200.000 mobil Volvo ditarik
Pewarta: Alviansyah Pasaribu
Editor: Monalisa
Copyright © ANTARA 2019