Mengenakan apron coklat, Presiden Jokowi mempelajari metode observasi rasa kopi atau coffee cupping dari pemilik First Crack Coffee, Evani Jesslyn, barista yang sudah memiliki sertifkasi Speciality Coffee Association Coffee Diploma dan Q Grader (penilai kopi).
Evani, yang tahun 2016 menjadi satu-satunya wakil Asia dalam ajang Barista and Farmer di Sao Paolo, Brasil, mengajari Presiden tahapan-tahapan mencicipi kopi ala barista.
"Kopi paling bagus dari mana ya? Semua sebenarnya baik asal roasting-nya bagus," ungkap Evani.
Evani lalu menantang Presiden mengevaluasi lima cangkir berisi bubuk lima jenis kopi specialty dengan rasa berbeda. "Artinya tidak ada cacat yang mengganggu rasa dan kesehatan," katanya tentang kopi specialty.
"Pastikan hanya memakai satu cup untuk satu jenis kopi. Pertama harus dicium aromanya dan menciumnya harus menundukkan badan dan badan tidak boleh menyentuh cup, karena mungkin tangan kita memakai parfum yang menganggu aroma kopi," kata Evani menjelaskan proses cupping.
Presiden mencium kopi Pogapa dari Papua, kopi Lembah Baliem yang memiliki aroma cokelat dan hezelnut, kopi Toraja, kopi Bali dengan aroma buah dan kopi robusta .
"Mau pilih robusta atau arabica? Semuanya bisa, tapi bagaimana kalau punya penyakit maag? Harus minum arabica karena walau asam, arabica kadar kafeinnya rendah, asam lambung naik karena kafein, robusta kafeinnya lebih tinggi dibanding arabica sehingga dapat meningkatkan asam lambung. Saya sarankan untuk meminum kopi Tojara dan kopi Papua yang keduanya ditanam di ketinggian di atas 1300 meter," jelas Evani.
Selanjutnya, kopi dalam cangkir-cangkir itu diseduh dengan air panas bersuhu 92-95 derajat Celsius agar cita rasanya keluar sempurna dan didiamkan selama empat menit agar teresktrak sempurna.
Sebelum proses mencicipi, ada prosedur yang harus lebih dulu dilakukan, yaitu memasukkan sendok ke air bersuhu sama dengan kopi lalu mendekatkan hidung ke cangkir serta mendorong ampas kopi menggunakan sendok lalu mengangkat ampas kopi dan memasukkan sendok yang digunakan ke air bersih.
Presiden dengan tekun mengikuti instruksi Evani.
"Step terakhir adalah seruput kopi dengan menarik menggunakan otot perut," kata Evani sambil memeragakan cara menyeruput kopi yang menimbulkan bunyi seperti orang mengorok.
Menurut Evani, teknik itu membuat indra penciuman serta indra pengecapan di lidah bekerja.
Hasilnya seorang barista dapat mengetahui apakah kopi tersebut juga berasa jeruk, nangka atau lainnya dan bukan hanya rasa asam dan pahit yang diperoleh dari lidah.
"Kopi Indonesia bisa beraneka ragam rasanya, di Italia bahkan 'Starbucks' hanya satu gerai saja, alangkah bagusnya bila Indonesia juga kopi dalam negeri yang unggul," ungkap Evani.
Presiden mengatakan semakin banyak anak muda yang gemar kopi, semakin banyak pula pekerjaan yang tersedia.
"Terserah apakah mau buka warung, Bobby (menantu Presiden) punya dua warung kopi kecil-kecil, dulu juga belajar dua hari jadi barista, bisa langsung buka. Peluangnya di Indonesia besar, di luar indonesia juga besar sekali," katanya.
Presiden mengatakan kopi Indonesia masih tertinggal dari merek asing meski rasa dan harganya tidak kalah.
"Saya coba, tidak usah saya sebutkan brand asingnya harganya Rp60 ribu tapi rasanya sama persis dengan Kopi Tuku yang harganya Rp18 ribu pilih mana? Ya itu saya tadi juga cerita di Tulungagung harga kopinya Rp4.000," ungkap Presiden.
Saat melakukan kunjungan kerja ke Tulungagung, Jawa Timur, Presiden mengaku mampir ke satu angkringan dan minum kopi di sana.
Pemilik angkringan itu menurut Presiden masih sangat muda dan harga kopinya pun sangat murah, hanya Rp4.000 saja.
"Ini apa? Saya tanya, ternyata kopi dicampur sama jagung. Kopi kan mahal, jagung murah dicampur, pintar juga ya? Bagaimana kalau kita buat di Jakarta yang gede itu brand-brand asing tutup semua, bagaimana?" Berani jual Rp4.000 di Jakarta? Katanya dia tergantung sewa warung berapa, tapi saya ngeri juga kalau buka di Jakarta, bisa-bisa brand lokal juga tutup, brand asing dan brand lokal tutup karena jualannya Rp4.000," kata Presiden.
Ia pun berharap agar anak muda Indonesia ikut menjaga kualitas kopi yang disuguhkan.
"Kalau kualitas bisa sama terus, dan kopi yang kita pilih mau Sumatera, Jawa, Maluku, kita miliki, pilih. Kalau sudah digarap bersama baru masuk ke pasar, saya kira pertumbuhan untuk warung-warung kopi," katanya.
"Konsumsi kopi di dunia naiknya tinggi sekali, seingat saya hampir 20 persen, artinya peluang terbuka lebar, dari barista, lalu punya warung kopi sendiri, lalu buka di negara lain," kata Presiden, disambut tepuk tangan peserta kelas kopi lainnya
Baca juga: Presiden Jokowi minta anak muda tidak gampang mengeluh
Oleh Desca Lidya Natalia
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2019