• Beranda
  • Berita
  • Kemristekdikti: mahasiswa wajib miliki literasi baru

Kemristekdikti: mahasiswa wajib miliki literasi baru

10 Februari 2019 10:47 WIB
Kemristekdikti: mahasiswa wajib miliki literasi baru
Menteri Riset, Tekhnologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti), Muhamad Nasir memberikan kuliah umum di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) di Palu, Sulawesi Tengah, Kamis (8/11/2018). Dalam kuliah umum bertema Peran Perguruan Tinggi Menuju Revolusi Industri 4.0 itu, Menristekdikti meminta kampus untuk lebih kompetitif dalam penguatan riset dan inovasi. ANTARA FOTO/Mohamad Hamzah/pras.


Sekarang tidak hanya cukup literasi bacaan saja, tapi harus ada literasi baru supaya tidak kalah saing

Jambi (ANTARA News) - Direktur Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan pada Kemenristekdikti Prof Ismunandar mengatakan, saat ini mahasiswa dituntut memiliki literasi baru dalam menghadapi era revolusi industri 4.0 dan society 5.0 di Indonesia.

"Ini sangat penting bagi mahasiswa harus melek literasi baru supaya bisa bersaing," kata Prof Ismunandar di hadapan sekitar seribuan mahasiswa Universitas Jambi penerima beasiswa Bidikmisi angkatan 2017 di Balairung Unja Mendalo Muarojambi Provinsi Jambi, Minggu.

Literasi baru yang harus dipahami dan dimiliki mahasiswa era sekarang ini kata dia, adalah seperti literasi data, literasi teknologi, literasi humanitas dan harus dibarengi dengan pembelajaran sepanjang hayat.

"Jadi di era globalisasi sekarang ini mahasiswa semua jurusan bagaimana harus menyiapkan diri untuk lebih kreatif dan inovatif dengan literasi baru itu," katanya.

Menurut dia, ke depan dengan memasuki era teknologi itu beberapa jenis pekerjaan sudah mulai dikendalikan oleh sistem teknologi.

"Sekarang tidak hanya cukup literasi bacaan saja, tapi harus ada literasi baru supaya tidak kalah saing," katanya.

Ia mencontohkan startup di Indonesia yang dimotori oleh anak-anak muda seperti Go-Jek, Bukalapak, Tokopedia dan Traveloka dengan memanfaatkan teknologi dan saat ini telah menjadi `unicorn` dengan nilai kapital di atas 100 miliar dollar AS.

"Di Indonesia ada empat startup yang menjadi unicorn, dan itu anak-anak muda semua yang menggerakkan," katanya.

Kemudian ke depan banyak jenis pekerjaan yang mulai memanfaatkan sistem teknologi seperti keahlian analisis data dan bahkan menggunakan sistem robotik.

Sebab itu negara juga hadir dalam menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas dalam menghadapi era Revolusi Industri 4.0 dan Society 5.0.

"Negara sangat memprioritaskan program ini (Bidikmisi) untuk meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan tinggi," katanya.

Baca juga: Ini tantangan pendidikan kedokteran era revolusi industri 4.0

Pewarta: Syarif Abdullah
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2019