Saat ini perkembangan dan penggunaan teknologi informasi begitu pesat. Berdasarkan riset Google dan Temasek dengan judul "e-Conomy SEA 2018" total pengguna internet di kawasan Asia Tenggara tercatat sebanyak 350 juta orang. Dari angka tersebut, 150 juta orang di antaranya adalah pengguna internet Indonesia.
Agar mampu merebut pasar itu, mau tidak mau UMKM termasuk yang berada di pelosok perdesaan harus memanfaatkan teknologi informasi untuk memasarkan produknya.
Ketua Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) sekaligus ekonom Universitas Gadjah Mada (UGM) Sri Adiningsih tak menampik bahwa keberhasilan pertumbuhan ekonomi digital khususnya di kalangan UMKM di Indonesia banyak terpengaruh oleh perkembangan dan produk pemberitaan pers saat ini.
Platform digital yang diterapkan hampir seluruh perusahaan pers telah berkontribusi mempengaruhi perkembangan dan kemajuan sektor UMKM untuk menghadapi tantangan itu, terutama dalam menghadapi kemajuan zaman dan arus digitalisasi yang sangat pesat.
Pemberitaan serta promosi yang dijalankan pers masa kini, menurut dia, secara perlahan namun pasti telah mendorong pemahaman masyarakat tentang ekonomi digital lebih baik.
Berdasarkan data analisis Ernst & Young, pertumbuhan nilai penjualan bisnis daring di tanah air setiap tahun meningkat 40 persen. Pada 2017 ekonomi digital telah menyumbang 7,3 persen produk domestik bruto (PDB) dan pada 2018 diproyeksikan tumbuh dan memberikan kontribusi 8,5 persen terhadap PDB.
Keyakinan terhadap kontribusi ekonomi digital itu tidak terlepas dari tingginya penggunaan internet di Indonesia.?
Oleh sebab itu, Menurut Adiningsih, Dengan konsisten dan profesional menjalankan perannya, ia yakin pers dapat membantu pemerintah untuk terus menumbuhkan kegiatan ekonomi digital secara lebih merata hingga ke pelosok daerah.
Ketua Bidang Organisasi DPP Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) Endro Wardoyo memandang pers sebagai sarana penting mengenalkan produk-produk yang dihasilkan pelaku usaha di perdesaan yang selama ini kesulitan mengakses pasar.?
Lebih dari itu, pengusaha mebel asal Yogyakarta ini mengungkapkan bahwa untuk merambah dan menembus persaingan pasar ekspor kemitraan antara pelaku usaha dengan pers mutlak perlu dilakukan. Oleh sebab itu, bagi Asmindo salah satu hal yang paling penting untuk meningkatkan kinerja anggotannya adalah dengan menjaga hubungan dengan insan pers.
Meski demikian, menurut dia, hingga saat ini masih banyak pelaku UMKM berbasis digital yang masih perlu diangkat dan dimunculkan ke permukaan oleh pers.
Jumlah pelaku usaha kecil yang telah memasarkan produknya secara daring melalui media sosial seperti facebook hingga saat ini cukup banyak. Meski masih dalam skala kecil, menurut Endro, apabila diakumulasi nilai kontribusinya sejatinya sangat besar bagi laju perekonomian nasional, apalagi jika diperkuat dengan dukungan publikasi media massa.
Perantara Pemerintah dan Pengusaha
Selain berperan mendukung promosi dan edukasi pelaku UMKM berbasis digital, menurut Endro, pers juga menempati posisi penting sebagai jembatan atau perantara antara pemerintah dan para pelaku usaha, khususnya terkait dengan keputusan akses permodalan, penerapan regulasi, serta kebijakan ekonomi lainnya.
Dalam aspek regulasi bagi pelaku usaha, misalnya, menurut Endro, Pers harus menggunakan daya kritisnya untuk mengawal mulai dari kemunculan wacana hingga regulasi itu hendak dimatangkan oleh pemerintah sembari membuka ruang bagi asosiasi pelaku usaha untuk menyampaikan pandangannya.
Pasalnya, tanpa adanya sorotan dari insan pers, regulasi yang hendak diterapkan pemerintah bisa tidak tepat sasaran, tidak sesuai harapan, bahkan justru menghambat pelaku usaha untuk berkembang. Di situlah peran pers dibutuhkan untuk mempertamukan antara kepentingan pemerintah dan kepentingan pelaku usaha secara netral dan berimbang.
Dalam aspek permodalan juga demikian. Tidak sedikit keluhan dari pelaku usaha kecil untuk mengakses permodalan yang akhirnya sampai di "telinga" pemerintah melalui peran pers. Dengan cara seperti itu, pemerintah juga akan terbantu untuk menghasilkan kebijakan permodalan mudah diakses pelaku usaha.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) DIY Aris Riyanta mengakui bahwa pers merupakan salah satu unsur penta helix (Akademisi, Bisnis, Government, Media, Communities) yang memiliki peran strategis khususnya dalam memberikan kontribusi data dan informasi berbagai aspek dinamika masyarakat, tidak hanya ekonomi saja namun juga aspek fisik, sosial, dan budaya.
Aris mengakui bahwa saat ini hampir segala kehidupan sudah menggunakan teknologi digital. Pers berbasis digital pada era milenial ini, menurut Aris, sudah terlihat kontribusinya dalam mendukung kelancaran akses dan varian informasi, sehingga mampu dengan cepat diadopsi dalam wujud aktivitas ekonomi yang mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Jurnalisme partisipatif
Agar betul-betul mampu mendorong kemajuan aspek ekonomi kerakyatan, Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) DIY Sihono HT berpendapat bahwa pers saat ini tidak cukup sekadar mencari, mengolah, dan kemudian menyampaikan informasi saja.?
Lebih dari itu, menurut dia, pers perlu menerapkan jurnalisme partisipatif dengan terlibat atau terjun langsung dalam mengawal kegiatan objek liputannya. Pada peliputan kegiatan UMKM, pers perlu terlibat dan mengawal keberhasilan proses produksi, pemasaran, hingga pengembangan usaha selanjutnya.
Dengan menerapkan jurnalisme partisipasif, maka pers, tutur Sihono, akan mengetahui segala persoalan yang dihadapi pelaku UMKM. Jika sudah mengetahui, maka pers sebaiknya memberikan jalan keluar (solusi).
Menurut penggagas pendirian Pusat Studi Pers Pancasila ini, pers juga bisa membantu pelaku UMKM dalam memanfaatkan teknologi informasi selain mengenalkan produk-produk mereka melalui pemberitaan dalam bentuk tulisan, foto, video, dan infografis.
Baca juga: Pers dan jebakan hoaks untuk milenial
Baca juga: Pers jangan lelah kritik pemerintah
Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2019