"Ditargetkan akan ada tambahan sebanyak delapan SSB dan delapan Destana, sehingga nantinya di Sleman akan ada 63 SSB dan 53 Destana," kata Staf Ahli Bupati Sleman Bidang Pemerintahan dan Hukum Mustain Aminun di Sleman, Minggu.
Ia mengatakan edukasi mengenai bencana, termasuk kepada para siswa sekolah, secara berkesinambungan sangat penting mengingat Kabupaten Sleman merupakan wilayah yang rawan terhadap berbagai bencana.
"Bencana memang tidak dapat dihentikan, tetapi dapat kita minimalisir dampaknya," katanya.
Menurut data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), selama tahun 2018 wilayah Kabupaten Sleman menghadapi 11 kejadian bencana banjir, 38 kejadian bencana tanah longsor, 64 kejadian angin kencang, 11 kejadian bencana petir dan satu kejadian bencana kekeringan.
Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kabupaten Sleman Henry Dharma Wijaya mengatakan pengukuhan SSB merupakan bagian dari upaya penguatan kelembagaan dalam masyarakat untuk mengurangi risiko bencana.
"Kabupaten Sleman memiliki risiko ancaman bencana di antaranya erupsi Gunung Merapi, banjir, (angin) puting beliung, tanah longsor dan beberapa bencana lainnya," katanya.
BPBD Sleman, dia mengatakan, berusaha menyelaraskan upaya pemerintah, masyarakat, dan pengusaha dalam mitigasi bencana guna meminimalkan dampak bencana.
"Upaya ini dilakukan agar bisa terwujud masyarakat Sleman yang tanggap, tangkas, dan tangguh dalam menghadapi bencana," katanya.
Baca juga:
BNPB fasilitasi pembentukan 164 desa tangguh bencana
Yogyakarta tingkatkan jumlah sekolah siaga bencana
Pewarta: Victorianus Sat Pranyoto
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2019