• Beranda
  • Berita
  • Walhi sebut tak ada yang berani bicara transisi energi

Walhi sebut tak ada yang berani bicara transisi energi

13 Februari 2019 22:14 WIB
Walhi sebut tak ada yang berani bicara transisi energi
Manajer Kampanye Keadilan Iklim Eksekutif Nasional Walhi Yuyun Harmono menyebut tidak ada capres-cawapres 2019 yang berani bicara soal transisi energi usai media briefing di WRI Indonesia, Jakarta, Rabu (13/2/2019). (ANTARA News/Virna P Setyorini)

Dua-duanya promosi energi terbarukan, biofuel dan bioetanol. Tapi jadi tidak mendasar. Kenapa tidak ada yang berani ngomong soal transisi energi?

Jakarta (ANTARA News) - Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) menyebut tidak ada capres-cawapres 2019 yang berani bicara transisi energi dari kotor ke bersih dalam visi-misinya. 

“Dua-duanya promosi energi terbarukan, biofuel dan bioetanol. Tapi jadi tidak mendasar. Kenapa tidak ada yang berani ngomong soal transisi energi?” kata Manajer Kampanye Keadilan Iklim Eksekutif Nasional Walhi Yuyun Harmono kepada Antara di Jakarta, Rabu. 

Padahal, menurut Yuyun, transisi energi juga pasti berproses dan memakan waktu lama. “Kenapa tidak dimulai dari itu saja dulu sekarang?”

Capres dari kedua kubu malah justru sibuk mencari jawaban yang masuk akal bagi publik, tapi sebenarnya tidak menyelesaikan persoalan, lanjutnya. 

Jika mau meninggalkan energi kotor dengan meninggalkan bahan bakar fosil seperti batu bara, tapi justru menaikkan emisi dari sektor berbasis lahan, menurut dia, percuma.

Ia mengatakan di sisi lain menaikkan produksi energi biofuel dan bioetanol yang berbasis lahan tadi justru meningkatkan ketimpangan penguasaan lahan dan konflik agraria. 

“Jadi tidak tuntas menyinergikan isu energi dan lingkungan ini,” lanjutnya.

Padahal program Reforma Agraria dan Perhutanan Sosial terkait erat dengan dua hal tadi, penyelesaian ketimpangan penguasaan lahan dan konflik agraria, ujar Yuyun. 

Baca juga: Transisi energi mampu redam perubahan iklim
Baca juga: Greenpeace: ketergantungan pada batu bara mesti dikurangi
Baca juga: Jejak ekologis Indonesia defisit

 

Pewarta: Virna P Setyorini
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2019