"Menurut saya, yang buat hoaks ini bukan salah satu kubu dari dua pasangan calon presiden yang akan berkontestasi di Pemilihan Umum 2019, melainkan pihak ketiga yang memang sengaja ingin mengadu domba," katanya kepada wartawan usai menggelar diskusi Jelajah Kebangsaan yang bertempat di Stasiun Gubeng, Surabaya, Jatim, Kamis.
Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi itu lantas menyayangkan dari masing-masing kubu calon presiden yang kemudian termakan hoaks yang sejatinya memang sengaja dilempar oleh pihak ketiga dengan tujuan memecah belah.
"Fitnah-fitnah melalui hoaks ini selalu diproduksi oleh pihak ketiga meskipun telah diluruskan," ujar pakar hukum tata negara kelahiran Sampang, Madura, Jawa Timur, tahun 1957 ini.
Dia menandaskan, dari hoaks yang sengaja diciptakan tersebut, kemudian menyebabkan saling tuding di tengah masyarakat berdasarkan ikatan primordial.
"Hoaks ini selalu diproduksi dengan mengatasnamakan perjuangan, namun justru mengoyak ikatan kebangsaan," tuturnya.
Karenanya Mahfud membuat Gerakan Suluh Kebangsaan. Salah satu kegiatannya adalah Jelajah Kebangsaan, yang berlangsung sejak 18 Februari lalu, menggunakan moda transportasi kereta api, dengan singgah di sejumlah stasiun untuk menggelar diskusi kebangsaan, dimulai dari rute Merak, Banten dan berakhir di Banyuwangi, Jawa Timur, pada petang hari ini.
"Melalui Jelajah Kebangsaan ini kami ingatkan agar masyarakat menunjukkan sikap patriotisme terhadap bangsa dan negara dengan menggunakan hak suaranya untuk memilih pemimpin melalui Pemilu Presiden dan Legislatif pada 17 April mendatang. Jangan termakan hoaks karena menurut saya pembuatnya adalah setan, anaknya iblis," ucapnya.
Baca juga: Luhut Panjaitan minta mahasiswa USU hindari berita hoaks
Baca juga: TKN: Penyebaran hoaks akan semakin masif mendekati hari h pemilu
Baca juga: Dewan Pers: Media massa harus kedepankan edukasi pemilu
Pewarta: Slamet Agus Sudarmojo/Hanif N
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2019