Merajut asa membangun desa wisata

22 Februari 2019 20:57 WIB
Merajut asa membangun desa wisata
Wisatawan berfoto dengan latar belakang pemandangan alam pedesaan di kawasan Desa Bongkasa, Badung, Bali, Senin (18/2/2019). Wisata yang menawarkan suasana dan aktivitas alam pedesaan merupakan salah satu potensi wisata yang terus dikembangkan di wilayah Kabupaten Badung untuk meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara yang ditargetkan mencapai 6,8 juta orang selama tahun 2019. ANTARA FOTO/Fikri Yusuf/hp.
Bentang alam perbukitan nan hijau dan hamparan persawahan melengkapi keindahan panorama alam di ujung utara Pulau Lombok itu. Di kejauhan nampak hamparan pantai yang membentang sejauh mata memandang.

Potret panorama alam yang memesona di Dusun Murmas, Desa Genggelang, Kecamatan Gangga, Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat itu menjadi salah satu daya tarik wisata di bumi "Tioq Tata Tunaq" (moto Kabupaten Lombok Utara).

Keindahan alam itu dapat dinikmati dari rumah pohon yang ada di punggung Bukit Murmas. Dari rumah pohon setinggi lima meter itu juga nampak air terjun Kerta Gangga yang juga dikenal dengan sebutan "Gangga Waterfall".

Objek wisata alam Dusun Murmas yang dihiasi pepohonan dan hamparan pohon kelapa yang menghijau itu lekat dengan nuansa alam pedesaan yang menawarkan kedamaian.

Sejatinya tempat pelancongan di ujung utara Pulau Lombok, tak hanya objek wisata tiga gili (pulau kecil) Trawangan, Meno dan Gili Air yang kini telah mendunia. Objek wisata Murmas di Desa Genggelang, Kecamatan Gangga juga menjadi alternatif pilihan bagi wisatawan.

Para wisatawan yang berkunjung ke tempat wisata di punggung bukit Murmas itu tak hanya menikmati keindahan alam perbukitan. Dari atas rumah pohon, wisatawan juga bisa "berswafoto" (selfie) dengan latar panorama alam perbukitan Murmas yang menawan.

Di punggung bukit Murmas kini telah berdiri dua rumah pohon dan 11 spot tempat berswafoto yang ramai dikunjungi wisatawan lokal maupun wisatawan Nusantera dan mancanegara.

Objek wisata alam Murmas, Desa Genggelang dikelola oleh sejumah pemuda desa yang tergabung Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Rumah Pohon Gangga Murmas. Perbukitan yang sebelumnya hanya sebagai tempat warga bercocok tanam kini menjadi objek wisata cukup terkenal.

Ketua Popkdarwis Rumah Pohon Gangga Murmas, Desa Genggelang Puspawandi mengisahkan ide membuat rumah pohon itu berawal dari kesulitan mendapatkan signal telepon seluler (ponsel). Ketika ingin menggunakan ponsel terpaksa naik ke atas pohon.

Karena itu para pemuda di Dusun Murmas kemudian membuat rumah pohon dengan bahan-bahan sederhana memanfaatkan kayu bekas yang tidak terpakai. Selain untuk mencari signal, rumah pohon juga dimanfaatkan sebagai tempat melepas penat setelah bekerja seharian.

Puspa (sapaan akrab Puspanadi), pemuda Desa Genggelang mengaku awalnya dicemooh oleh warga sekitarnya, karena membuat rumah di atas pohon hanya sekedar untuk tempat nelpon atau bercengkrama di sore hari.

Pria lajang jebolan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Nahdlatul Wathan (UNW) Mataram yang menginisiasi pembuatan rumah pohon mengaku sempat disebut sebagai pemuda desa kurang kerjaan. Bahkan ada warga yang menilai itu pekerjaan gila.

Ketika merenung di atas rumah pohon pria berusia 30 tahun itu mengaku mendapat ide untuk memposting foto-foto keindahan alam bukit Murmas di akun facebooknya.

Di luar dugaan ternyata banyak warga internet (netizen) menanyakan dimana lokasi rumah pohon yang oleh netizen dianggap memiliki pemandangan yang luar biasa dan mereka menyatakan tertarik untuk mengunjungi objek wisata itu.

Pria yang kini menjadi guru honorer di SDN 4 Genggelang itu awalnya mengaku tidak percaya objek wisata rumah pohon yang dibangun bersama pemuda desa menjadi terkenal dan ramai dikunjungi wisatawan.

Objek wisata rumah pohon Gangga Murmas, Desa Genggelang itu bisa dijangkau dengan kendaraan roda dua dan roda empat dalam waktu sekitar satu jam dari Kota Tanjung, Ibu Kota Kabupaten Lombok Utara itu kini menjadi sumber pendapatan bagi para pemuda desa itu.

Jerih payah membangun rumah pohon itu kini bisa dinikmati para pemuda yang tergabung dalam Pokdarwis Gangga Murmas beranggotakan 30 orang itu. Objek wisata rumah pohon kini menjadi lahan para pemuda mengais rezeki.

Puspa mengaku dari hasil penjualan tiket masuk ke objek wisata Rumah Pohon Gangga Murmas mendapatkan hasil lumayan. Setiap pengunjung dipungut biaya Rp5.000 per orang. Pada hari libur, Sabtu dan Minggu bisa terkumpul dana mencapai Rp1 juta.

Berhasil mengembangkan

Dengan semakin ramainya pengunjung, para pemuda anggota Pokdarwis Rumah Pohon Gangga Murmas berhasil mengembangkan tempat wisata itu dengan membangun dua rumah pohon dan 11 spot swafoto dengan menggunakan dana yang mereka kumpulkan dari hasil penjualan tiket.

Puspa mengakui pascabencana gempa Lombok wisatawan yang berkunjung relatif sepi dan sebagian rumah pohon rusak. Karena itu sebagian dana yang terkumpul digunakan untuk memperbaiki fasilitas wisata yang rusak.

Puspa menepis tudingan bahwa pembuatan rumah pohon itu merusak lingkungan, karena menggunakan pohon sebagai tempat membangun sejenis pondok kecil.

Ia membantah merusak pohon, karena faktanya pohon yang digunakan masih utuh dan tidak sampai rusak, rumah yang dibuat hanya menempel di dahan pohon, sehingga tidak sampai menyebabkan pohon ruska atau mati.

Puspa juga menjamin rumah pohon atau tempat berswafoto yang dibangun aman bagi para wisatawan, karena dibuat dengan bahan kayu cukup kuat.

Objek wisata berbasis pedesaan itu agaknya tak hanya Rumah Pohon Gangga Murmas di Desa Genggelang, Kecamatan Gangga, tetapi juga Kampung Ekowisata Kerujuk, Desa Menggala, Kecamatan Pemenang, dengan mengusung konsep kearifan lokal.

Kampung Ekowisata Kerujuk hanya berupa hamparan persawahan yang diapit perbukitan. Tempat wisata ini menawarkan suasana desa yang hamonis.

Ketua Kelompok Sadar Wisata sekaligus pengelola Kampung Ekowisata Kerujuk Lukmanul Hakim mengatakan ide membangun tempat wisata ini berawal dari keberadaan kolam pemancingan Desa Menggala yang dibangun dengan dana Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM).

Setelah berdiskusi dengan para pemuda desa anggota pokdarwis, kata Lukmanul Hakim, disepakati kolam pemancingan yang berada di kawasan perbukitan itu dikembangkan menjadi objek wisata berbasis alam pedesaan.

Ia mengakui dari hasil penjualan riket masuk ke tempat wisata sebesar Rp5.000 per orang terkumpul dana lumayan untuk membiayai kegiatan kelompok sadar wisata ini.

Kreativitas pemuda Desa Genggelang membuat rumah pohon yang kini menjadi tempat wisata cukup terkenal itu sejatinya merupakan salah satu implementasi dari program desa wisata yang tengah digalakkan pemerintah.

Demikian juga Kampung Ekowisata yang dikembangkan para pemuda di Desa Menggala dengan mengusung konsep kearifan lokal ini juga merupakan desa wisata yang memberikan manfaat ekonomi kepada pemuda desa.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Lombok Utara Vidi Eka Kusuma mengapresiasi kreativitas para pemuda desa yang membuat tempat wisata dengan memanfaatkan keindahan alam di desanya.

Ia mengakui kini cukup banyak objek wisata yang dibangun dan dikelola oleh para pemuda desa yang tergabung dalam wadah pokdarwis. Hingga 2018 telah terbentuk 58 pokdarwis yang beranggotakan para pemuda desa setempat.

Vidi menyebutkan selain Pokdarwis Rumah Pohon Gangga Murmas, juga terdapat objek wisata Kampung Ekowisata Kerujuk di Desa Menggala, Kecamatan Pemenang yang juga cukup berkembang dan menjadi lahan usaha para pemuda desa setempat.

Karena itu Pemerintah Kabupaten Lombok Utara melalui Dinas Kebudayaan dan Pariiwisata mendukung sepenuhnya kreativitas para pemuda desa yang mampu membangun tempat wisata yang menarik minat wisatawan berkunjung ke Kabupaten Lombok Utara.

Tempat pelancongan yang dibangun masyarakat desa ini cukup mendukung program desa wisata yang kini tengan dikembangkan pemerintah dalam mendongkrak angka kunjungan wisatawan.

Dengan berkembangnya program wiata desa wisata di bumi "Tioq Tata Tunak" ini akan memberikan manfaat ekonomi kepada masyarakat khususnya pemuda desa, sehingga mereka tidak perlu jauh-jauh bekerja sebagai TKI ke Malaysia sebagai buruh perkebuban kelapa sawit.

Sejatinya berkembangnya desa wisata ini membuktikan "kue pariwisata" tak hanya dinikmati segelintir pemodal berkantong tebal yang meraup keuntungan dari gemerlapnya hotel bintan dan restoran berkelas internasional.

Baca juga: Desa Wisata Kertajaya Padalarang peroleh apresiasi ramah lingkungan
Baca juga: Menuju satu desa, satu objek wisata
Baca juga: Abadinya Desa Wisata Edelweiss


 

Pewarta: Masnun
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2019