Perlu sinergi keilmuan dalam mitigasi bencana

28 Februari 2019 05:47 WIB
Perlu sinergi keilmuan dalam mitigasi bencana
Ilustrasi - Salah seorang peserta Geo Tour Kebencanaan memindai "barcode" di lokasi patahan atau sesar Palu-Koro yang menyebabkan terjadinya likuefaksi di Kelurahan Balaroa, Palu, Sulawesi Tengah, Minggu (3/2/2019). Geo Tour yang diinisiasi Nemu Buku dan Tim Ekspedisi Palu-Koro dan diikuti warga setempat dan asing itu merupakan bagian dari mitigasi bencana, terutama karena Palu adalah wilayah yang rawan bencana seperti gempa, tsunami dan likuefaksi atau pencairan tanah. (ANTARA FOTO/Basri Marzuki/aww.)
Purwokerto (ANTARA News) - Akademisi dari Universitas Jenderal Soedirman Indra Permanajati mengatakan perlu sinergi berbagai disiplin keilmuan agar kegiatan mitigasi bencana berjalan dengan baik.

"Kerja sama dan sinergi diperlukan mengingat mitigasi merupakan usaha yang bersifat komprehensif dan holistik yang melibatkan multidisiplin keilmuan," katanya di Purwokerto, Rabu.

Indra yang merupakan Dosen Mitigasi Bencana Geologi, Jurusan Teknik Geologi Universitas Jenderal Soedirman tersebut menjelaskan mitigasi bencana adalah usaha manusia untuk meminimalkan dampak risiko bencana dari ancaman bencana yang akan terjadi.

"Mitigasi memerlukan multidisiplin keilmuan, karena tahapan bencana meliputi tahapan prabencana, saat bencana, dan pascabencana atau pemulihan," katanya.

Tahapan-tahapan ini, kata dia, memerlukan pendekatan keilmuan yang berbeda-beda.

"Misalkan untuk tahapan prabencana memerlukan keilmuan geologi, geografi, geofisika, lingkungan, dan perencanaan wilayah. Kemudian untuk saat bencana memerlukan keilmuan kedokteran, keperawatan, keamanan dan keilmuan lain yang bekerja saat kejadian," katanya.

Selanjutnya untuk tahapan pascabencana, tambah dia, memerlukan keilmuan teknik geologi, teknik sipil, psikologi dan keilmuan lainnya untuk pemulihan dari kejadian bencana. "Masing-masing keilmuan akan bekerja sesuai tahapannya," katanya.

Untuk itu, kata dia, sinergi multidisiplin keilmuan akan berdampak positif bagi upaya penanganan dan mitigasi bencana. Sementara itu dia juga mengatakan, upaya mitigasi diperlukan mengingat Indonesia termasuk dalam wilayah rawan bencana alam.

"Terkait dengan kondisi Indonesia yang diapit oleh tiga lempeng samudera menjadikan Indonesia merupakan wilayah yang rawan bencana alam, seperti bencana gempa bumi, tsunami, gunung api, tanah longsor, dan banjir," katanya.

Karena itu, kata dia, perlu upaya intensif untuk melakukan upaya pengurangan risiko bencana.

"Dengan mengetahui kondisi wilayah Indonesia yang demikian sudah menjadi tugas pemerintah untuk memasukkan parameter bencana alam dalam perencanaan wilayahnya," katanya.*


Baca juga: Manfaatkan teknologi komunikasi untuk mitigasi bencana

Baca juga: Akademisi: pemetaan daerah rawan longsor perlu lebih rinci

Baca juga: Akademikus sebut manfaatkan kentongan untuk peringatan dini bencana


 

Pewarta: Wuryanti Puspitasari
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019