Demikian pesan Farwiza Farhan, seorang konservanis hutan Ekosistem Leuser, pada Hari Perempuan Internasional.
Menjadi seorang konservanis terlebih di kawasan hutan Aceh, tidak terdengar identik dengan pekerjaan yang perempuan biasa lakukan. Namun, perempuan berdarah Aceh ini terus melakukannya dengan sepenuh hati.
Baca juga: Aksi jalan kaki warnai Hari Perempuan Internasional 2019
"Sejak awal, saya sangat ingin untuk bekerja di sektor konservasi lingkungan. Awalnya saya kira ini merupakan pekerjaan yang mudah, namun ternyata tidak," ujar perempuan kandidat PhD di Radboud Universiteit Nijmegen ini, kepada Antara, Jumat.
Berlatar belakang "marine biologist" dan dukungan ayahnya untuk menggapai ilmu setinggi mungkin, perempuan yang akrab dipanggil Wiza ini lalu mulai bekerja di Leuser pada tahun 2012 melalui Leuser Ecosystem Management Authority dan Yayasan HAkA.
Kepada Antara, ia menambahkan betapa dukungan orang tua, menjadi salah satu kunci bagi anak perempuannya untuk terus maju.
"Seringkali, dalam proses menjaga seorang anak perempuan, keluarga menerapkan batasan-batasan pergaulan dan pendidikan," ujarnya.
Baca juga: USAID-DP3AKB Papua peringati hari perempuan internasional
Baca juga: Prilly Latuconsina: sesama perempuan jangan saling merisak
Malala Yousafzai, tokoh woman empowerment dari Pakistan, ia sisipkan sebagai contoh. Malala memiliki ayah yang menginginkan semua anaknya, laki-laki maupun perempuan, harus mendapat kesempatan pendidikan yang setara untuk mencapai kemandirian.
Di Hari Perempuan sedunia ini, Wiza memiliki harapan agar perempuan-perempuan mampu memberikan gagasan baru, dan semakin berani dan percaya diri.
(Penulis: Peserta Susdape XIX/Dea N. Zhafira)
Pewarta: Peserta Susdape XIX/Dea N. Zhafira
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2019