• Beranda
  • Berita
  • Ratusan pelajar Nduga terancam tidak bisa ikuti UN

Ratusan pelajar Nduga terancam tidak bisa ikuti UN

14 Maret 2019 23:15 WIB
Ratusan pelajar Nduga terancam tidak bisa ikuti UN
Para pelajar asal Kabupaten Nduga yang sedang berada di Distrik Napua, Kabupaten Jayawijaya, Papua. (Dokumen Theo Hesegem, Direktur Yayasan Keadilan dan Keutuhan Manusia Papua)

Ada sekitar 200-an anak asal Nduga yang bisa saja tidak ikuti ujian nasional tahun ini di Nduga

Sekitar 200 dari 600 lebih pelajar SD hingga SMA/SMK dari berbagai kampung dan distrik di Kabupaten Nduga, Provinsi Papua, terancam tidak bisa mengikuti ujian nasional (UN).

Demikian hal ini disampaikan oleh Raga Kogeya, anggota tim relawan kemanusiaan untuk Nduga kepada wartawan di Kota Jayapura, Papua, Kamis.

"Ada sekitar 200-an anak asal Nduga yang bisa saja tidak ikuti UN tahun ajaran 2019 ," katanya.

Menurut dia, ratusan anak atau pelajar asal Nduga itu kini berada di tenda-tenda darurat di halaman gereja Kingmi, Distrik Napua, Kabupaten Jayawijaya.

"Mereka ini merupakan bagian dari 2.000 lebih pengungsi dari Nduga, imbas dari kekerasan awal Desember 2018," ujar Raga.

Dia mengemukakan, anak-anak tersebut enggan pulang kembali ke daerah asalnya, karena masih trauma atas tragedi penyerangan kelompok kriminal separitis bersenjata (KKSB) pimpinan Egianus Kogoya terhadap para pekerja jalan Trans Papua dari PT Istaka Karya.

Lalu, disusul dengan aksi pengejaran yang dilakukan oleh gabungan TNI dan Polri terhadap kelompok yang telah membuat 17 pekerja PT Istaka Karya tewas dan satu personel TNI gugur.

"Mereka berada di Napua karena mengikuti orang tuanya yang mengungsi. Selain itu ada juga 80-an guru yang juga dari Nduga bersama mereka," katanya.

Lebih lanjut, ia mengatakan pelajar asal Nduga tersebut menginginkan mengikuti UN di ibu kota Kabupaten Jayawijaya, Wamena dan tidak ingin ujian di Kenyam, Kabupaten Nduga.

"Mereka bahkan masih takut jika melihat aparat keamanan, karena trauma. Mereka tinggal bersama sanak keluarga di Wamena dan tiap subuh berjalan kaki untuk ke sekolah yang kami dirikan secara darurat. Mereka mau ujian di Wamena saja," ujar Raga.

Sebelumnya, pada awal Februari 2019, Wakil Bupati (Wabup) Nduga Wentius Nimiangge mengatakan pihaknya mengklaim jika kondisi keamanan di beberapa wilayah, khususnya ibu kota kabupaten setempat sudah berangsur kondusif, di mana roda pemerintahan dan pendidikan mulai berjalan normal.

"Kondisi keamanan sudah berangsur kondusif di ibu kota dan pendidikan juga sudah terlaksana. Ujian itu adalah agenda nasional, jadi semua sekolah harus siap memberikan materi serta bertanggungjawab," katanya.

Menurut Wentius, meski secara keseluruhan di beberapa wilayah belum sepenuhnya kondusif, pihaknya mengimbau agar masyarakat yang mengungsi ke daerah lain hingga ke Wamena, dapat segera kembali dan beraktivitas seperti biasa.

"Untuk UN, bagi sekolah yang tidak ada gangguan di wilayahnya bisa digelar di daerahnya masing-masing dan yang masih ada gangguan seperti dari Yuguru sampai di Mbua diarahkan ke Kenyam," ujarnya.


Baca juga: Wapres JK sebut darurat militer tidak dibutuhkan di Papua

Baca juga: Siswa tahanan ikuti UNBK dengan jaminan sekolah

Baca juga: 6.172 pelajar SMP di Pesisir Selatan akan ikuti UNBK

Pewarta: Alfian Rumagit
Editor: Alex Sariwating
Copyright © ANTARA 2019