• Beranda
  • Berita
  • Kontrasnya Ma'ruf Amin - Sandiaga Uno, dari sarung hingga media sosial

Kontrasnya Ma'ruf Amin - Sandiaga Uno, dari sarung hingga media sosial

17 Maret 2019 15:17 WIB
Kontrasnya Ma'ruf Amin - Sandiaga Uno, dari sarung hingga media sosial
Ma'ruf Amin dan Sandiaga Uno (Instagram/@khmarufamin_/@sandiuno)
Saat disandingkan, Ma'ruf Amin dan Sandiaga Uno terlihat kontras. Ma'ruf Amin dikenal sebagai pemuka agama, sementara Sandiaga identik dengan dunia bisnis.

Mereka berasal dari generasi berbeda dengan perbedaan usia yang terpaut jauh. Sandiaga kini berusia 49 tahun, sedangkan Ma'ruf Amin baru saja merayakan ulang tahun ke-76 pada 11 Maret silam.

Keduanya akan tampil berdua saja, tanpa ditemani calon presiden dari kubu masing-masing, dalam debat calon presiden yang akan berlangsung nanti malam.

Ma'ruf dan Sandi bagaikan berada dari kutub yang berbeda dari segi penampilan, pendekatan berkomunikasi hingga rekam jejak di media sosial.

Sarung

Pada umumnya, Sandi memang terlihat sangat memperhatikan penampilan, seperti dikomentari oleh pengamat mode Sonny Muchlison setelah melihat gaya berbusana sang politisi pada debat calon presiden putaran pertama.

Di sisi lain, Ma'ruf Amin punya tampilan yang tidak kalah berkarakter: sarung. Dia selalu mengenakan sarung sebagai pengganti celana, dipadukan dengan kemeja sebagai atasan.

Pada acara-acara formal, pria yang selalu mengenakan peci itu kerap memakai jas yang membuat tampilannya terlihat lebih resmi. Sesekali, sorban menghiasi lehernya.

"Itu pakaian santri," ujar perancang Deden Siswanto saat dihubungi ANTARA, Sabtu (16/3).

Tradisi bersarung awalnya dimulai dari kebiasaan kaum sarungan di wilayah Jawa.

Menurut antropolog Cliffort Geertz dalam buku "Abangan, Santri, Priyayi dalam Masyarakat Jawa", kaum santri identik dengan pelaksanaan ritual pokok agama Islam.

Kini sarung juga jadi objek karya para perancang-perancang Indonesia, salah satunya Deden.

Dia adalah salah satu orang di industri mode yang ingin melejitkan popularitas sarung sebagai kain Indonesia.

Baru-baru ini, pamor sarung dan perajinnya juga digenjot lewat Festival Sarung Indonesia 2019.

Lantas, apakah gaya busana Ma'ruf Amin juga berkontribusi secara signifikan dalam misi mempopulerkan penggunaan sarung di luar busana untuk beribadah?

Deden berpendapat, dampaknya tidak begitu signifikan untuk kampanye "Sarung is My New Denim", di mana masyarakat diajak memperlakukan sarung seperti celana-celana jins yang tak lepas dari keseharian untuk acara formal dan informal.

Gaya komunikasi

Peneliti Komunkasi Vokasi UI Devie Rachmawati menjabarkan tiga perbedaan antara kedua kandidat calon wakil presiden: isi, gaya dan target khalayak.

"Value yang ditawarkan keduanya sama, positif dan optimistis," ujar Devie saat dihubungi, Sabtu (16/3).

Hanya saja, Ma'ruf amin biasanya menyampaikan pesan dengan tema-tema yang lebih umum, sementara Sandiaga cenderung lebih spesifik. Tema yang identik dengan sosok Sandiaga berkisar pada kewirausahaan, ekonomi, serta kesehatan olahraga.

"Dua tema ini mudah diasosiasikan dengan Sandi karena dia memilih tema yang spesifik."

Dari sisi gaya, Ma'ruf Amin dinilai jauh lebih formal ketimbang Sandiaga yang lebih kasual.

Ma'ruf Amin identik dengan balutan keagamaan, sementara Sandi lekat dengan gaya-gaya kontemporer yang kerap diperbincangkan di media sosial, sebut saja guyonan "rambut petai" saat berkampanye di pasar Subang, juga komentarnya mengenai tempe setipis kartu ATM.

Perbedaan gaya ini berhubungan dengan karakter masyarakat yang jadi sasaran mereka.

"Segmentasinya, kyai Ma'ruf Amin menyasar usia senior dan old milenial. Sandi betul-betul menyasar kalangan muda, younger milenial."

Itu adalah bagian dari strategi masing-masing kubu untuk menjangkau sebanyak mungkin lapisan masyarakat.

Dari segi gaya, Sandiaga sebenarnya lebih bisa dibandingkan dengan Joko Widodo yang lebih aktif menyajikan konten-konten mutakhir yang menarik perhatian generasi muda.

"Ini upaya saling melengkapi sehingga kemampuan komunikasi mereka paripurna."


Media sosial


Akun @sandiuno, yang sudah mendapatkan "centang biru" sebagai tanda akun terverifikasi Twitter untuk pesohor yang punya banyak pengikut, sudah aktif sejak 2010. Tak mengherankan, pengikut @sandiuno sudah mencapai 1,25 juta warga Twitter. Jumlahnya tiga kali lipat di Instagram.

Jumlah pengikut akun media sosial Ma'ruf Amin kalah jauh. Pengikut di Twitter masih belasan ribu, sedangkan di Instagram jumlahnya hampir mencapai 40.000.

Menurut peneliti Komunikasi Digital Dwi Aini Bestari, ketimpangan di dunia maya tidak mengherankan karena Sandi memang sudah lebih lama mengelola akun-akunnya dibandingkan Ma'ruf.

"Ma'ruf Amin terlihat baru aktif di sosial media setelah mencalonkan diri, dia baru join 2018," kata lulusan Universitas Utrecht, Belanda, saat dihubungi ANTARA, Sabtu (16/3).

"Tak cuma itu, Sandi juga sudah lebih aktif sejak kampanye sebelumnya ketika jadi calon wakil gubernur."

Sesuai segmen yang disasar, Sandi dinilai lebih interaktif dengan para pengikutnya. Topik-topik yang digadang oleh Sandi tak jauh-jauh dari kewirausahaan.

Ia berpendapat Ma'ruf juga berusaha menyasar isu yang sama, hanya saja bahasa dan pendekatannya lebih informatif ketimbang interaktif. Itu membuat Sandiaga Uno lebih tenar di media sosial.

Konten-konten yang disajikan di media sosial Sandiaga Uno terlihat dipersiapkan matang oleh tim di belakangnya.

"Dia banyak memakai konten video, di lanskap media sosial Indonesia, itu yang paling mudah menggaet perhatian pengguna."

Video punya keunggulan dalam menyampaikan pesan karena lebih menarik dan mudah dipahami dibandingkan konten dalam bentuk tulisan.

Nilai tambah dari video-video itu adalah penampilan Sandi yang penuh percaya diri di depan kamera. Dia kerap memegang sendiri kameranya, seperti membuat vlog.

"Walau Sandi juga tidak mungkin membuat sendirian, tapi ada rasa percaya bahwa ini keluar dari pikirannya sendiri karena masih ada rasa kedekatan."

Kolaborasi atau interaksi dengan para pesohor dunia maya, misalnya YouTuber, diterapkan oleh kedua kandidat.

Selebgram dan YouTuber Ria Ricis pernah membuat video bersama Jokowi dan baru-baru ini muncul di video yang diunggah Sandi.

Pekan ini, Sandi hadir di vlog komika Pandji Pragiwaksono berjudul "Sandiaga Uno Menjawab Semuanya". Dalam video berdurasi 38 menit dalam format ngobrol santai, Sandi menjawab berbagai pertanyaan.

Format vlog adalah salah satu cara yang marak dipakai untuk mencuri hati orang-orang yang sering berselancar di dunia maya.

"Ketika ada di vlog, mereka enggak hardselling."

Sandi juga punya ciri khas dalam membuat konten. Tak melulu soal program kerja, dia berusaha mencampurkannya dengan kehidupan pribadi sehingga tidak membosankan.

Ma'ruf Amin tidak seaktif Sandi dalam kolaborasi bersama YouTuber, tapi bukan berarti nihil.

Empat hari lalu, YouTuber nomor wahid di Asia Tenggara Atta Halilintar mengunggah fotonya bersanding dengan sang pemuka agama. Atta melengkapinya dengan ucapan selamat ulang tahun untuk Ma'ruf yang baru menginjak usia 76 tahun.

"Kedua kubu sangat terlihat berusaha mencuri hati milenial," jelas dia.


Baca juga: Debat cawapres menurut Garin Nugroho

Baca juga: "Peluru" cawapres, bonus demografi hingga stunting

Baca juga: Isu sosial-budaya diprediksi dapat luput dari debat

Baca juga: PR besar bidang kesehatan untuk pemimpin Indonesia

Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2019