Devie menerangkan bahwa dalam sebuah debat biasanya menggunakan tiga pendekatan yakni klaim, menyerang dan bertahan. Namun dalam adat ketimuran, menurut Devie sangat jarang menggunakan klaim dan menyerang.
"Dalam konteks budaya timur, kita tidak akan banyak menggunakan pendekatan menyerang dan klaim. Klaim itu akan hati-hati karena akan dinilai sombong dan sebagainya. Kita lebih senang dengan suasana yang harmonis, saling menghormati kemudian, positif," kata Devie saat dihubungi Antara, Minggu.
"Saya justru percaya para calon akan melakukan hal tersebut. Karena dari jejak digital keduanya, mereka sama-sama selalu menyampaikan hal yang positif juga optimis. Menurut saya nanti malam akan berjalan dengan sejuk," lanjutnya.
Devie juga mengatakan bahwa Ma'ruf akan mewakili orang tua dan kaum agamais. Sedangkan Sandiaga adalah gambaran anak muda yang enerjik.
Kedua karakter ini bisa dibilang sudah memiliki targetnya masing-masing. Menurut Devie, pesan komunikasi yang ingin disampaikan oleh para pasangan calon presiden berjalan dengan sangat baik.
"Mereka sama-sama start dari titik yang sama, beda usia memungkinkan keduanya untuk bicara dengan dua target penonton yang berbeda. Artinya memang tidak ada yang salah, karena calon presidennya juga menarget dua pemilih yang berbeda," jelas perempuan yang pernah belajar di Swansea, UK ini.
Devie menambahkan, "Jadi sebenarnya saya melihat ini sebagai strategi komunikasi yang baik. Mereka memang berbagi peran lah dalam komunikasi politiknya dengan debat nanti."
Baca juga: Kontrasnya Ma'ruf Amin - Sandiaga Uno, dari sarung hingga media sosial
Baca juga: Ma'ruf Amin tampak santai hadapi Debat Capres ketiga
Baca juga: Debat cawapres menurut Garin Nugroho
Baca juga: Sandiaga memohon doa orangtuanya jelang debat
Pewarta: Maria Cicilia
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2019