"Keaktifan kembali virus laten selama penerbangan luar angkasa yang panjang dapat meningkatkan risiko medis selama misi-misi eksplorasi mendalam luar angkasa," demikian peringatan para peneliti yang dipimpin peneliti Laboratorium KBR Wyle di Pusat Luar Angkasa Johnson AS Satish K. Mehta dalam situs Kantor Berita Rusia Sputnik News, Selasa.
Penelitian yang dilakukan kolaborasi antara lima peneliti Pusat Riset Badan Luar Angkasa Nasional AS (NASA) dan University of Colorado itu melibatkan 89 astronot.
Namun, Mehta mengatakan "hanya enam astronaut yang memunculkan gejala-gejala karena aktivasi kembali (virus) yang menyebar luas dengan cepat."
Meskipun hanya sedikit astronaut yang mengalami kondisi reaktivasi virus, durasi di luar angkasa menjadi perhatian NASA sebagai faktor utama penyebab kemunculan lagi virus di dalam tubuh antariksawan.
Kondisi tersebut, bertahan selama sebulan setelah para astronot kembali ke Bumi, demikian menurut riset.
"Para astronaut NASA berada pada kondisi mikro-gravitasi dan terpapar radiasi kosmik selama berminggu-minggu dan bahkan berbulan-bulan, belum lagi kekuatan tekanan gravitasi ketika mereka lepas landas ataupun kembali memasuki Bumi," katanya.
Mehta mengatakan tantangan fisik itu semakin parah dengan faktor lain pemicu stres seperti pemisahan sosial, terkurung, dan siklus tidur-bangun yang berganti.
Rangkaian pemicu stres itu memaksa tubuh antariksawan untuk memproduksi hormon seperti kortisol dan adrenalin yang berperan penting dalam modulasi respons imunitas manusia.
"Virus-virus herpes telah berkembang dalam diri manusia selama ribuan tahun dan menggunakan strategi canggih untuk menghindari respons imun tubuh inang," demikian penelitian itu.
Risiko kemunculan penyakit itu patut dipertimbangkan menyusul ambisi manusia untuk masuk dalam perlombaan misi ruang angkasa di luar orbit rendah Bumi.
Pada April, SpaceX diperkirakan akan menguji kendaraan Starship yang disebut Elon Musk punya durasi perjalanan selama satu hari menuju Mars.
Baca juga: Ilmuwan AS-Rusia sepakati kerja sama sains
Baca juga: Astronaut pertama Spanyol ditunjuk jadi Menteri Sains
Pewarta: Imam Santoso
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2019