Kami menduga, ada semacam dinding pembatas yang membentang arah timur-barat. Kemudian di selatan, ada bangunan lain
Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Trowulan Jawa Timur menemukan dinding pembatas yang membentang dari arah timur ke barat di area Situs Sekaran, di Dusun Sekaran, Desa Sekarpuro, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang.
Ketua Tim Arkeolog Balai Pelestarian Cagar Budaya Trowulan Jawa Timur Wicaksono Dwi Nugroho mengatakan bahwa dengan ditemukannya dinding pembatas tersebut, maka di area itu masih banyak potensi untuk menemukan bangunan lain peninggalan era pra-Majapahit.
"Kami menduga, ada semacam dinding pembatas yang membentang arah timur-barat. Kemudian di selatan, ada bangunan lain," ujar Wicaksono, di area Situs Sekaran, Desa Sekarpuro, Kabupaten Malang, Kamis.
Pada Kamis (21/3) merupakan hari terakhir penelitian yang dilakukan oleh BPCB Trowulan Jatim. Nantinya, penelitian lebih mendalam untuk menentukan jenis bangunan apa yang terdapat pada situs tersebut, dilakukan oleh Balai Arkeologi Yogyakarta.
Wicaksono menambahkan, dari temuan yang berhasil dipetakan, bisa diambil kesimpulan bahwa situs tersebut terdiri dari kluster-kluster, dengan beberapa bangunan. Pada kluster pertama, terdapat dua bangunan dan sebuah gapura, serta reruntuhan.
Sementara pada kluster kedua, ditemukan dinding pembatas, yang diperkirakan menjadi pembatas terhadap bangunan lainnya di wilayah selatan. Pihak BPCB belum bisa memastikan berapa panjang dinding pembatas yang membentang dari arah timur ke barat tersebut.
"Kluster kedua yang dibatasi dinding itu ada bangunan lain, dan kemungkinan berlanjut ke selatan," ujar Wicaksono.
Pada awal penggalian, pihak BPCB Trowulan melakukan ekskavasi pada area 23x23 meter. Saat ini, bentangan area yang dilakukan ekskavasi bertambah menjadi 25x25 meter, dan diperkirakan masih bisa terus bertambah. Sebagai catatan, lokasi temuan situs tersebut masuk dalam rancangan pembangunan jalan tol Pandaan-Malang.
"Masih dimungkinkan ada temuan lain. Termasuk di bagian tengah yang merupakan runtuhan itu, itu perlu disingkap, apakah di bawah runtuhan itu ada bangunan seperti batur atau pondasi bangunan," kata Wicaksono.
Bangunan yang ditemukan pada Situs Sekaran tersebut ada yang hancur atau runtuh. Pihak BPCB Trowulan menyatakan bahwa runtuhnya bangunan tersebut bisa disebabkan oleh berbagai hal, diantaranya adalah terjadi gempa bumi, atau ditinggalkan pada saat perang.
Kemudian, struktur tersebut tertimbun dalam jangka waktu yang cukup lama. Pada tahun 1970-1980, wilayah tersebut sudah mulai dihuni oleh masyarakat, sehingga, temuan batu bata yang ada, dipergunakan oleh masyarakat sekitar untuk membangun rumah.
"Pada masa berikutnya, sekitar tahun 70-80, masyarakat mengambil sisa-sisa bata untuk dijadikan rumah dan semen merah," kata Wicaksono.
Berdasarkan bahan bata yang ditemukan, memiliki ukuran lebih besar dari ukuran bata di Kawasan Cagar Budaya Trowulan. Temuan tersebut, dilihat dari strukturnya, memiliki orientasi Barat laut-Tenggara, dan masih memiliki potensi yang cukup besar untuk ditemukan sisa-sisa pondasi lainnya.
Baca juga: Balai Arkeologi Yogyakarta bakal lanjutkan penelitian Situs Sekaran
Pewarta: Vicki Febrianto
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2019