"Kami sadar, tragedi kemanusiaan bukan sekadar bencana alam, bukan hanya konflik atau perang, melainkan ada yang lebih hebat yaitu kemiskinan," kata Ahyudin dalam sebuah diskusi di Jakarta, Kamis.
Ahyudin mengatakan ACT melalui Global Wakaf menggunakan wakaf yang merupakan ketentuan Allah untuk menjadi solusi dalam mengentaskan kemiskinan.
Menurut Ahyudin, banyak umat di Indonesia dalam kondisi miskin karena umat Islam tidak menggunakan instrumen wakaf untuk membantu saudaranya keluar dari kemiskinan.
"Melalui wakaf, masyarakat dapat produktif dalam mengelola aset yang telah mereka wakafkan," tuturnya.
Ahyudin mencontohkan pertanian yang kini dikelola Global Wakaf ACT di Desa Labangka, Sumbawa, Nusa Tenggara Barat yang telah mengolaborasikan potensi lokal.
Pada lahan seluas 3.500 hektare, pertanian wakaf tersebut telah memberdayakan 1.200 kepala keluarga yang fokus pada pengelolaan jagung dengan kapasitas 50.000 ton setiap tahun yang hasilnya disalurkan untuk kebutuhan masyarakat sekitar.
ACT mengadakan diskusi bertajuk Sharing with the Master bertema Meneropong Masa Depan Makro Ekonomi Nasional dan Peran Strategis Wakaf dalam Pengentasan Kemiskinan.
Diskusi tersebut menghadirkan pakar ekonomi Faisal Basri dengan dipandu praktisi komunikasi Zaim Uchrowi sebagai moderator.
Pada kesempatan itu, Faisal menyambut baik apa yang dilakukan ACT melalui Global Wakaf.*
Baca juga: Zakat dan wakaf bisa menjadi kekuatan ekonomi Indonesia, menurut Faisal Basri
Baca juga: Faisal Basri dorong wakaf untuk dirikan industri manufaktur
Pewarta: Dewanto Samodro
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019