Menanti reuni lima tahunan di Singapura

25 Maret 2019 07:46 WIB
Menanti reuni lima tahunan di Singapura
Ketua PPLN Singapura David Saragih. (Yuniati Jannatun Naim)

Senangnya bisa pilih presiden kita, bisa kumpul-kumpul kawan di sini

Nuansa bahagia menyambut Pemilu sudah mulai terasa di Kompleks KBRI Singapura pada pekan pertama Maret 2019.

WNI yang datang untuk berbagai urusan administrasi kenegaraan, sibuk menanyakan ini itu terkait rencana kedatangannya ke KBRI pada pekan kedua April nanti.

"Aduh, aku belum daftar, bagaimana ini?" kata seorang pekerja domestik. "Enggak usah daftar, data kita sudah ada di kedutaan. Nanti kedutaan kirim syarat ke 'maam'," jawab pekerja lainnya menenangkan. Keduanya tersenyum.

Mereka pun melanjutkan perbincangan dengan rencana baju yang akan dikenakan, makanan yang akan dibawa untuk dibagi bersama teman-teman lainnya.

Begitulah, "Hari Raya Pemilu" yang dinanti sudah semakin dekat.

Suasana pelaksanaan Pemilu di KBRI Singapura memang selalu lebih meriah daripada perayaan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI 17 Agustus. Juga perayaan Idul Fitri yang juga dirayakan di KBRI setiap tahun.

Bazar makanan Nusantara, kerajinan khas Tanah Air, dan riuh rendah tawa saudara sebangsa setanah air yang berbicara dalam Bahasa Indonesia, yang menjadi sesuatu yang mahal di negeri jiran itu, bakal menjadi pengikat nasionalisme mereka yang hadir.

Kemewahan itulah yang ditawarkan dalam pelaksanaan pemilu di Kompleks Kedutaan Besar Republik Indonesia 7 Chatsworth Singapura setiap lima tahun.

Lebih dari 100.000 mahasiswa, profesional, pekerja domestik dan seluruh masyarakat Indonesia yang tinggal di Negeri Singa akan berkumpul pada "Hari Raya Pemilu", merayakan pesta demokrasi bersama-sama.
 

Baca juga: Pemilu adalah kegembiraan orang-orang pulau

Bagi WNI di Singapura, pemilu bukan sekedar memilih pemimpin yang mampu memperjuangkan nasib pekerja migran, atau membangun negara, melainkan juga kenduri merayakan kebersamaan saudara sebangsa.

Apalagi, bagi pekerja domestik yang sulit mendapatkan hari libur. Ini adalah kesempatan ke luar rumah bertemu teman-teman.

Sebenarnya pemerintah Singapura mengatur pekerja domestik harus mendapatkan istrirahat, sehari dalam sepekan. Apabila ada kesepakatan bersama, maka kemewahan itu dapat diganti dengan uang lembur.

Namun, setiap pemilu, kedutaan dan Panitia Pemilihan Luar Negeri mengirimkan surat ke majikan, agar memberikan waktu kepada pekerjanya menggunakan haknya dan datang ke KBRI.

"Surat cinta" itulah pangkal kebahagiaan. Karena warga Singapura sangat menghormati hak WNI untuk mengikuti pemilu. Pekerja domestik yang selama ini diminta tidak menggunakan hak liburnya, dapat pergi ke KBRI untuk "mencoblos".

"Saya belum daftar, kalau dapat surat, nanti akan datang ke sini. Senangnya bisa pilih presiden kita, bisa kumpul-kumpul kawan di sini," kata pekerja domestik, Isa.

Perempuan yang sudah delapan tahun bekerja di Singapura itu juga paham betul akan haknya sebagai warga negara.

"Kalau enggak memilih, kita (seperti) enggak punya presiden," kata dia. Ia tahu betul, tanggung jawab warga untuk memilih pemimpinnya kelak.

Baca juga: Pengawal pemilu raya di Kampung Laut
 
Isa, warga negera Indonesia yang telah delapan tahun bekerja di Singapura, di tengah keramaian pekerja yang hadir di KBRI Singura, awal Maret 2019. (Yuniati Jannatun Naim)


Baca juga: Berperahu dari pulau ke pulau demi suksesnya pemilu

Lain dengan Isa yang berharap mendapatkan surat undangan dari PPLN, pekerja domestik lainnya, Marni optimistis dapat menghadiri pesta lima tahunan di KBRI.

"Majikan mendukung. Saya datang, ingin melihat suasana pemilu, ramai-ramai. Kalau enggak datang, memilih lewat pos, bagaimana rasanya gitu. Beda kalau datang, lihat suasana di sini," kata dia.

Apalagi, bila ke KBRI, WNI memiliki kesempatan bertemu langsung dengan calon anggota legislatif yang sengaja datang, kata Marni.

Sama dengan pekerja domestik, bagi WNI pekerja formal, pemilu merupakan saatnya melepas sedikit kerinduan akan negara tercinta.

Irwan dan Abdul Rauf, mengaku sudah mendapatkan undangan dari KBRI, untuk mengikuti pemilu, 14 April.

"Kami akan datang. Pastilah. Kami, sebagai WNI mesti ikut, meski ada di luar negeri, mesti disupport," kata Abdul Rauf yang langsung diiyakan Irwan.

Pemilu di Singapura dilaksanakan lebih dulu dibanding di Tanah Air. Bila di pesta demokrasi di seluruh daerah di Indonesia digelar pada Rabu, 17 April, maka di Singapura diadakan Minggu, 14 April 2019.

Duta Besar RI untuk Singapura, Ngurah Swajaya mengatakan, pemerintah sengaja melaksanakan Pemilu di luar negeri pada hari Minggu, agar semakin banyak WNI yang dapat memanfaatkan haknya.

"Karena WNI kita kebanyakan pekerja dan libur setiap hari Minggu," kata Duta Besar.

Tidak heran bila tingkat partisipasi pemilih di Singapura relatif tinggi. Pada pemilu tahun ini, Duta Besar Ngurah menargetkan lebih dari 50 persen WNI menggunakan hak pilihnya di sana.


Panitia Pemilihan
Tidak hanya sebagai pemilih, ratusan WNI juga antusias ikut sebagai panitia pemilihan sebagai Panitia Pemungutan Suara.

Ketua Panitia Pemilihan Luar Negeri Singapura David Saragih mengatakan terdapat lebih dari 400 WNI yang ingin menjadi PPS di Singapura. Padahal, PPLN hanya membutuhkan 370 orang.

WNI yang ingin menjadi relawan berasal dari berbagai latar belakang, ada yang mahasiswa, pekerja profesional, ibu rumah tangga, hingga pekerja domestik, yang memang didukung penuh oleh majikan.

"Sebagian mereka masuk di 'waiting list' karena jumlahnya lebih dari yang dibutuhkan," kata dia.

Menurut dia, sejak awal pelaksanaan pemilu tahun lalu, masyarakat nampak sangat antusias. Bahkan, saat masa pendataan pemilih saja, WNI sudah banyak yang ikut serta sebagai Panitia Pemutakhiran Pemilih.

Kemudian, saat sosialisasi pemilu yang dilaksanakan bersama KBRI, jumlah WNI yang hadir melebihi yang diharapkan.

"Saya melihat masyarakat sangat antusias. Kami lihat Sabtu (2/3) kemarin, saat melakukan sosialisasi, dihadiri 450 orang, sampai waktu kami tidak terkontrol. Banyak pertanyaan dari masyarakat," kata dia.

Sementara itu, PPLN Singapura mencatat, sebanyak 125.403 WNI yang masuk dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT). Sebanyak 18.840 WNI di antaranya memilih melalui pos, dan lebih dari 100.000 lainnya langsung datang ke KBRI.

PPLN menyiapkan 50 tempat pemungutan suara di kompleks KBRI, untuk melayani pemilih dengan sekitar 300 orang PPS.

"Kami telah menyiapkan alurnya, dimulai dari 'scan barcode', sampai menuju TPS, agar lancar," kata dia

Pewarta: Yuniati Jannatun Naim
Editor: Sapto HP
Copyright © ANTARA 2019