"Hoaks itu jahat. Cirinya antara lain mengatasnamakan kelompok tertentu, isinya menghasut dan tidak jelas pengirimnya, sehingga dihapus saja, dan tidak perlu diteruskan kepada sesama," kata Rudiantara dalam dialog dengan para siswa/siswi di Desa Detusoko, Flores, Nusa Tenggara Timur, Senin.
Sebelumnya, Theresia Kambe, seorang siswi SMA Negeri Detusoko dalam dialog itu menanyakan, tentang maraknya berita hoaks di media sosial dan bagaimana menangkalnya.
Menurut Rudiantara, jika menerima berita atau informasi yang tidak benar, tetapi meneruskan kepada sesama atau orang lain, maka bisa disebut sebagai fitnah.
"Kalau berita itu tidak benar dan kita teruskan, maka itu fitnah. Kalau teruskan ke 100 orang, maka kita menyebar fitnah kepada 100 orang," kata Menteri yang didampingi Wakil Gubernur NTT, Yoseph Nae Soi itu.
Menteri Rudiantara juga menjelaskan, bahwa, saat menerima pesan melalui media sosial seperti WhatsApp, maka secara otomatis pulsa terpotong, dan jika anda meneruskannya ke orang lain, pulsa juga terpotong.
"Jadi sebenarnya kita sudah merugi karena pulsa terpotong. Jadi sayangi pulsa anda," katanya.
Mengenai upaya pemerintah, dia mengatakan, setiap hari bisa dilihat di situs kementerian kominfo, dimana ada laporan hoaks yang ditangani.
Artinya, setiap hari, Kemenkominfo melakukan verifikasi dan validasi berita-berita di media sosial dan menyampaikan kepada publik, katanya menambahkan.
Dia juga kembali mengajak seluruh elemen bangsa untuk bersama-sama memerangi hoaks.
Baca juga: Jelang Pilpres, Kominfo jaring 700an hoax
Baca juga: Kominfo: 43.000 portal berita daring belum terverifikasi
Pewarta: Bernadus Tokan
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2019