Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) DIY meminta Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta segera berkoordinasi dengan Pemkab Bantul untuk menyelesaikan persoalan di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Piyungan yang akses jalannya ditutup warga.Pasar-pasar sudah kewalahan menampung sampah karena setiap harinya ada 400-500 ton sampah yang harus dibuang (ke TPST). Sejak hari Minggu (24/3) sampah-sampah di pasar masih keleleran
"Ini kita betul-betul dikejar waktu. Pasar-pasar sudah kewalahan menampung sampah karena setiap harinya ada 400-500 ton sampah yang harus dibuang (ke TPST). Sejak hari Minggu (24/3) sampah-sampah di pasar masih keleleran," kata Ketua DPRD DIY Yoeke Indra Agung Laksana saat jumpa pers di DPRD DIY, Yogyakarta, Senin.
Sejak Minggu (24/3) akses jalan menuju TPST Piyungan, Bantul ditutup oleh warga sekitar TSPT karena tuntutan dan keluhan mereka belum dipenuhi Pemda setempat.
Aksi penutupan itu menghambat aktivitas pembuangan sampah dari kabupaten Sleman, Bantul, dan Kota Yogyakarta.
Yoeke mengatakan berdasarkan hasil pengecakan di lapangan, masyarakat di sekitar TPST Piyungan merasa terganggu dengan aktivitas pembuangan sampah.
Sampah menumpuk di pinggir TPST bahkan sampai meluber ke jalan umum karena kondisi dermaga tempat pembuangan sampah yang sudah tidak memadai.
"Karena tadi malam hujan lokasi di sekitar dermaga memang memrihatinkan, bahkan sejak pintu masuk sampai dermaga di situ kotoran, lumpur, sampah menyatu di jalan. Saya pikir itu jalan tidak terpakai, ternyata itu jalan umum," kata dia.
Menurut Yoeke, jalan umum yang dipenuhi sampah dan lumpur itu setiap harinya digunakan oleh sekitar 400-500 kepala keluarga di sekitar TPST Piyungan. "Kalau ada anak sekolah jatuh di jalan itu tentu kotor dan terpaksa tidak bisa sekolah karena kondisi jalan campure sampah, lumpur, dan kotoran," dia.
Setelah bertemu dengan warga di sekitar TPST, menurut Yoeke, warga akan tetap melakukan penutupan jalan agar truk-truk yang membawa membawa sampah tidak masuk TPST Piyungan.
Mereka meminta agar dermaga diperlebar dan dipindahkan masuk ke TPST tujuannya agar truk pengangkut sampah bisa masuk bersamaan sebab selama ini dengan hanya bisa masuk satu per satu, antrean truk bermuatan sampah bisa mencapai 1 hingga 2 kilometer di jalan.
Selain itu, lanjut Yoeke, mereka meminta agar jalan menuju lokasi bisa diperbaiki dan sampah-sampah yang terlanjur di pinggir jalan bisa segera dipindahkan ke tengah TPST.
"Kemudian mereka meminta adanya kompensasi, beda dengan yang dilewatkan pemerintah melalui APBD Kabupaten yang mereka minta kompensasi perorangan. Selanjutnya mereka minta ada talut agar sampah tidak masuk di perkampungan dan terakhir minta lampu penerangan jalan dari pintu TPST," katanya.
Berdasarkan aspirasi yang disampaikan masyarakat itu, ia berharap untuk waktu dekat Pemda DIY bisa segera menyewa berbagai peralatan untuk mempercepat pemindahan sampah yang berada di jalan ke tengah TPST.
Selain itu, Yoeke juga berharap agar segera dibuatkan jalan alternatif khusus untuk truk pengangkut sampah sehingga tidak mengganggu jalan umum yang dilalui masyarakat. Jalan akses menuju TPST yang kondisinya rusak juga diharapkan segera diperbaiki.
"Saya idak akan masuk kebijakan siapa yang harus membangun silakan Pemda DIY dan Pemkab Bantul berkoordinasi yang penting bisa segera diperbaiki," kata dia.
Baca juga: DIY akan jajaki teknologi pengolahan sampah dari Swedia
Baca juga: Cuma 30 persen sampah di Bantul terangkut ke TPST
Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2019