Dinas Kesehatan menyatakan sebanyak 870 warga di Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur, terindikasi stunting (tumbuh kerdil) atau bertubuh pendek untk ukuran anak seusianya, sehingga pihak terkait memfokuskan berbagai kegiatan untuk menangani sekaligus mencegahnya.Bagi anak yang sudah mengalami stunting, maka tindakan yang perlu dilakukan adalah mencukupi kebutuhan gizi agar pertumbuhannya bisa normal
"Bagi anak yang sudah mengalami stunting, maka tindakan yang perlu dilakukan adalah mencukupi kebutuhan gizi agar pertumbuhannya bisa normal,” kata Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kutai Barat, Aliman, melalui Kasi Kesehatan Keluarga dan Gizi Masyarakat Dinkes, Rachel Pakkung, di Barong Tongkok, Kabupaten Kutai Barat, Rabu.
Pemberian gizi yang seimbang, katanya, harus terus menerus diberikan sebelum anak pertumbuhan anak berhenti. Sedangkan berdasarkan penelitian, rata-rata pertumbuhan badan anak akan berhenti di kisaran umur 20 tahun.
Sementara itu, usia 9 tahun merupakan masa yang paling penting untuk mendapat perhatian, karena di masa ini anak akan mengalami lompatan pertumbuhan yang cepat, sehingga kebutuhan gizi hendaknya tercukupi dalam usia ini.
Sedangkan dalam upaya menekan angka stunting bahkan berupaya agar tidak ada, kata Rachel, paling tidak ada dua hal yang pihaknya lakukan, yakni melakukan intervensi spesifik dan intervensi sensitif.
Ia menjelaskan sejumlah hal yang dilakukan dalam intervensi itu antara lain pemberian tablet penambah darah bagi ibu hamil, pemeriksaan lengkap terhadap ibu hamil, pemberian tablet darah bagi remaja putri, fokus memperhatikan asupan gizi dalam 1.000 hari kehidupan pertama sampai sampai anak usia 24 bulan.
Perhitungan 1.000 hari pertama kehidupan,katanya, dimulai dari masa kehamilan 270 hari hingga anak lahir dan berusia 730 hari atau 24 bulan. Dalam fase ini kebutuhan gizi anak dan ibu menyusui harus tercukupi agar anak tumbuh cerdas dan tidak stunting. Pertumbuhan awal ini dinilai sangat menentukan untuk perkembangan anak di masa depan.
Munculnya stunting, kata dia, antara lain dari kesehatan ibu hamil dan menyusui, dan kurangnya ASI. Karena itu, semua pihak harus sadar dan memperhatikan ini termasuk intervensi dari masa remaja mulai usia 14 tahun agar anak lahir tidak dengan berat badan rendah, imunsasi juga harus lengkap, dan memperhatikan makanan bergizi seimbang.
"Data yang sebanyak 870 warga atau 31,5 persen ini merupakan data tahun 2017. Untuk data tahun 2018 belum rilis, kami masih menunggu Dinas Kesehatan Provinsi Kaltim. Angka sebesar 31,5 persen ini menempatkan stunting di Kutai Barat berada di posisi lima setelah Bontang, Kutai Timur, Penajam Paser Utara, dan Kabupaten Paser," demikian Rachel Pakkkung.
Baca juga: IDI minta upaya penanganan stunting dilakukan dalam program khusus
Baca juga: 70 persen upaya penurunan stunting di luar sektor kesehatan
Pewarta: M.Ghofar
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2019