Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau, Suharyono di Pekanbaru, baru-baru ini mengatakan awalnya harimau yang diberi nama Inung Rio diberi air jernih biasa namun ternyata tidak disukai.
"Setelah kami berikan air gambut yang jernih, harimau itu langsung minum dan berendam. Mungkin dia sudah akrab dengan aromanya," kata Suharyono.
Dia mengatakan harimau sumatera yang hidup di kawasan hutan gambut berbeda dengan macan yang hidup di pegunungan.
Menurutnya, warna dan ukuran harimau yang hidup di kawasan hutan bergambut berukuran lebih besar dan warnanya agak gelap dibanding harimau yang hidup di pegunungan.
Saat ini tim BKSDA rutin mengambil air gambut dari Kabupaten Pelalawan yang merupakan daerah terdekat dengan lokasi Inung Rio.
Selain itu, harimau sumatera yang dievakuasi dari kawasan hutan restorasi ekosistem di Provinsi Riau akibat terjerat kawat baja ternyata mengalami luka-luka parah dan juga mengidap tumor.
"Diagnosa sementara saat ini adalah infeksi sistemik yang disebabkan oleh luka terbuka di kaki kiri, dan infeksi organ hepatika atau hati akan dilakukan diagnostik lanjutan untuk memperkuat diagnosa sementara,” kata Suharyono.
Sebelumnya, harimau sumatera terjerat di kawasan restorasi ekosistem Riau (RER) yang dikelola PT Gemilang Cipta Nusantara (GCN) di Desa Sangar Kecamatan Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan, pada pekan lalu.
Untuk mengevakuasi harimau nahas dari lokasi terjerat tersebut membutuhkan waktu selama 22 jam yang harus ditempuh menggunakan perahu kecil dan kemudian dilanjutkan menggunakan kendaraan darat.
Harimau jantan yang diperkirakan berusia 3-4 tahun itu terluka parah di kaki depan bagian kirinya. Saat ini kondisi harimau sudah mulai membaik dan diharapkan terus membaik.
Baca juga: Empat kamera dipasang untuk deteksi harimau sumatra
Baca juga: Pembunuh tiga harimau sumatera divonis tiga tahun
Baca juga: Harimau dan singa di Taman Rimba Jambi mati
Pewarta: Riski Maruto
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2019