Menurut Koordinator Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD Pemkab Pamekasan Budi Cahyono, langkah itu dilakukan untuk menekan terjadinya risiko apabila terjadi bencana alam, seperti gempa bumi, angin kencang dan bencana kebakaran.
"Bentuk pendidikan yang kami sampaikan adalah teori dan praktik, yakni berupa simulasi secara langsung kepada para santri," kata Budi di Pamekasan, Senin.
Ia menjelaskan, pemahaman yang disampaikan BPBD Pemkab Pamekasan dalam setiap kegiatan pendidikan tentang kebencanaan tersebut adalah pada resiko bencana.
Menurut Budi, ketika mereka tau akan resiko dari bencana, maka diharapkan mereka bisa mengurangi dampak dan resiko bencana itu sendiri.
Selain pondok pesantren, sejak awal 2019 ini BPBD Pemkab Pamekasan juga gencar memberikan pendidikan kebencanaan dengan mendatangi sekolah-sekolah yang ada di Pamekasan.
Sekolah yang menjadi sasaran utama adalah sekolah yang terletak di daerah bencana alam, seperti bencana angin kencang, banjir dan angin puting beliung.
Instansi publik seperti puskesmas, dan rumah sakit yang ada di Kabupaten Pamekasan juga tidak luput dari sasaran simulasi BPBD Pemkab Pamekasan.
"Pola penanganan terpadu kami tekankan dalam setiap penyampaian sosialisasi, sehingga diharapkan pola penanganan jika terjadi bencana lebih efektif," katanya.
Hal teknik, seperti cara melaporkan dengan cepat, dan cara bertindak efektif jika terjadi bencana alam juga masuk materi pokok yang perlu dipahami oleh semua elemen masyarakat.
"Pembentukan dan pembinaan desa dan kelurahan tangguh bencana terus kita lakukan, karena bagi kami, keberadaan masyarakat yang sadar bencana sangat memiliki arti penting dalam menekan resiko apabila terjadi bencana alam," katanya, menjelaskan.
Baca juga: BPBD Pamekasan sampaikan peringatan dini cuaca buruk
Baca juga: BPBD: kekeringan di Pamekasan makin meluas
Pewarta: Abd Aziz
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2019