Ketika berbicara dalam sidang Dewan Keamanan PBB pada Selasa (2/4) mengenai diperkuatnya Kesepakatan Anti-Penyebaran Nuklir sebelum Konferensi Kajian pada 2020, Yukiya Amano mengatakan, "Program nuklir Iran dan DPRK masih termasuk dalam topik utama agenda Badan tersebut."
Ia menambahkan, "Pada Desember 2015, saya menyerahkan Penilaian Akhir mengenai masalah yang ada pada masa lalu dan sekarang berkaitan dengan program nuklir Iran ke Dewan IAEA.'
"Saya menyatakan bahwa Iran telah melaksanakan sejumlah kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan bahan peledak nuklir sebelum akhir 2003," kata Amano, sebagaimana dikutip Kantor Berita Iran, IRNA --yang dipantau Antara di Jakarta, Rabu pagi.
Kepala IAEA itu menekankan bahwa "semua kegiatan ini tidak berlanjut di luar studi kelayakan dan sains, dan pengambil-alihan kemampuan serta kemampuan teknis terkait tertentu".
Ia kembali menyampaikan kepatuhan Iran pada komitmen yang berkaitan dengan nuklir, dan mengatakan IAEA tidak memiliki petunjuk yang dapat dipercaya mengenai kegiatan Iran tentang pengembangan bahan peledak nuklir setelah 2009.
Pemimpin IAEA tersebut menekankan fakta bahwa lembaga itu akan terus mengabsahkan tidak-dialihkannya bahan nuklir yang diumumkan oleh Iran berdasarkan Kesepakatan Perlindungan NPT. Ia mengatakan, "Pelaksanaan Kesepakatan Perlindungan Menyeluruh, Protokol Tambahan, dan tindakan transparansi lain di Iran berdasarkan JCPOA menjadi sistem pengabsahan yang paling kuat yang ada di sini di dunia."
Presiden AS Donald Trump pada 8 Mei 2018 mengumumkan penarikan AS dari JCPOA, yang dikutuk oleh pihak lain di dalam kesepakatan 2015 tersebut dan penekanan mereka untuk mempertahankan kesepakatan internasional bersejarah itu.
Badan Tenaga Atom Internasional di dalam laporan ke-14-nya pada 22 Februari kembali menyampaikan kepatuhan Iran pada komitmennya berdasarkan kesepakatan nuklir yang dikenal dengan nama Rencana Aksi Menyeluruh Bersama (JCPOA).
Sumber: IRNA
Baca juga: AS pertimbangkan sanksi baru atas Iran
Baca juga: Teheran inginkan Eropa ambil tindakan mengenai perjanjian nuklir
Pewarta: Chaidar Abdullah
Editor: Gusti Nur Cahya Aryani
Copyright © ANTARA 2019