Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi bersama Menteri Luar Negeri Korea Selatan Kang Kyung-Wha berbagi pengalaman mereka dalam acara yang diikuti generasi millennial.
Dalam forum “Millennials Talk with Madam Secretaries” di Jakarta, Senin, kedua menlu berbicara tentang peran mereka sebagai diplomat perempuan dalam memelihara hubungan antarnegara serta menjaga perdamaian dan stabilitas dunia.
“Dahulu kalau kita bicara mengenai kebijakan luar negeri, sepertinya sangat elitis dan berjarak dengan kehidupan masyarakat. Karena itu kami mencoba mengubah pendekatan yang lebih dekat dengan masyarakat, sebab kebijakan luar negeri adalah perluasan dari politik domestik,” tutur Menlu Retno.
Dalam dunia diplomasi, ia menjelaskan adanya perubahan yang cukup signifikan di mana saat ini perempuan akan lebih berperan dibandingkan laki-laki.
“Pada 2020, diperkirakan 60 persen diplomat adalah perempuan. Padahal dahulu orang berkata ‘diplomasi adalah dunianya laki-laki’. Jadi ada perubahan signifikan sekarang dan di masa mendatang,” kata Retno.
Karena itu, penguatan peran perempuan harus didukung dengan antara lain kepemimpinan, kebijakan, lingkungan, serta dukungan keluarga.
Terlebih, perempuan masih menghadapi sejumlah tantangan seperti stigma yang menempatkan mereka di bawah laki-laki, serta kemampuan menyeimbangkan peran sebagai profesional sekaligus istri dan ibu dalam rumah tangga.
“Jadi perempuan harus bekerja keras untuk menyeimbangkan perannya, sementara laki-laki perlu menjadi partner yang baik dengan mendorong kesetaraan gender,” ujar Retno.
I had two messages for the millennials: Chase your dream and work hard! Be an engine for peace and tolerance.
— Menteri Luar Negeri Republik Indonesia (@Menlu_RI) April 8, 2019
Respect each other, spread the value of tolerance and work together for the betterment of our two peoples, Indonesia and Korea, and beyond. pic.twitter.com/0z75j9yeza
Sependapat dengan Retno, Menlu Kang menyatakan bahwa diplomat perempuan memiliki keunikan tersendiri saat diberi kesempatan untuk memimpin, dibandingkan laki-laki.
Hal ini tercermin dari sejumlah riset, salah satunya yang dirilis oleh UN Women, yang menunjukkan bahwa partisipasi perempuan akan meningkatkan keberlanjutan perjanjian damai yang berlangsung setidaknya dua tahun sebesar 20 persen, dan sebesar 35 persen probabilitas untuk perjanjian damai yang berlangsung 15 tahun.
“Perempuan harus terlibat dalam negosiasi damai karena perdamaian akan jauh lebih berkelanjutan saat kita membawa suara perempuan,” tutur Kang.
Retno Marsudi dan Kang Kyung-Wha adalah perempuan pertama yang menduduki jabatan menlu, masing-masing di Indonesia dan Korsel.
Retno yang sebelumnya adalah duta besar RI untuk Belanda, ditunjuk oleh Presiden Joko Widodo sebagai menlu dan dilantik pada Oktober 2014.
Sementara Kang dilantik menjadi Menlu Korsel pada Juni 2017, setelah menyelesaikan tugas sebagai Penasihat Senior Kebijakan Sekretaris Jenderal PBB António Guterres.
Baca juga: Menlu Retno puji kepemimpinan Jacinda Ardern
Baca juga: Perempuan Diplomat Pertama Bahrain Bakal Pimpin Sidang MU PBB
Baca juga: Norway akan miliki menlu perempuan pertama
Baca juga: Menlu: tambah personel perempuan pasukan keamanan PBB
Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Maria D Andriana
Copyright © ANTARA 2019