Menteri Kesehatan Nila Farid Moeloek mengatakan, pemerintah terus berupaya agar angka "stunting" (anak kerdil) terus menurun hingga memenuhi angka standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yakni 20 persen.Programnya adalah 1.000 hari kehidupan, ibu hamil cukup asupan gizi, tidak anemia serta didukung dengan akses air bersih atau jamban yang memadai
"Siapa yang yang mau anak kita stunting? Kita berharap pada riset kesehatan dasar (riskesdas) tahun depan dapat angka itu (20 persen)," kata Menkes pada Rakerkesda 2019 tingkat Provinsi Sulawesi Utara, di Manado, Selasa.
Karena itu, kata Menkes, dalam rakerkesda itu ada lima isu yang dibahas, termasuk salah satunya adalah "stunting".
"Stunting penting untuk masa depan kita, bagaimana untuk mencapai 'human capital index' kalau anak kita stunting, tidak pandai, tidak akan hidup produktif dan sakit-sakitan," ujarnya.
Dia pun berharap, daerah-daerah bersemangat menurunkan angka ini, termasuk di daerah Sulawesi Utara yang salah satu daerahnya telah berupaya menurunkan angka hingga 22 persen.
"Programnya adalah 1.000 hari kehidupan, ibu hamil cukup asupan gizi, tidak anemia serta didukung dengan akses air bersih atau jamban yang memadai. Ketersediaan jamban mencegah terkena cacingan yang memakan sel darah, apabila melahirkan terjadi pendarahan, repot nantinya," ujarnya.
Menkes mengatakan, pemerintah terus berupaya menekan angka "stunting", dari angka sebelumnya 37 persen menjadi 30 persen, menuju 20 persen angka WHO.
"Kita berupaya menurunkan terus angka itu, dan mudah-mudahan dengan adanya Germas serta dukungan dari semua pemangku kepentingan terkait, target bisa dicapai," demikian Menkes.
Baca juga: 70 persen upaya penurunan stunting di luar sektor kesehatan
Baca juga: Pemerintah tambah dana ke daerah percepat penurunan "stunting"
Pewarta: Karel Alexander Polakitan
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2019